Lady Lavina belum mendapat kabar apa pun dari Luna. Dia juga tidak mendapat balasan atas suratnya untuk Adora. Hari ini Lady Lavina berkeliling sekolah untuk mencari ruangan rahasia yang dikatakan oleh Daniel. Lady Lavina yakin ruangan rahasia yang disebutkan oleh Daniel pasti bukan di sekolah. Lady Lavina menyebarkan semut es lebih banyak untuk terus mencari ruangan rahasia itu.
Minister menatap sebuah cermin besar di ruangannya. Dalam cermin itu, ia melihat ratusan orang sedang berperang. Saling membunuh. “Tuk, tuk, tuk.” Bunyi ketukan pintu. “Siapa?” tanya Minister.
“Aku.”
“Silakan masuk Lady Lavina.”
Saat Lady Lavina masuk dalam ruangannya. Minister langsung memberikan sebuah kunci kepada Lady Lavina. Kunci yang terbuat dari tulang. Memiliki panjang 8 cm dan bentuknya sangat sederhana. Tanpa ornamen apa pun.
“Untuk apa kunci ini?” Melihat keseluruhan kunci.
“Kau bisa pergi ke Aula Lizard. Di sana ada Armand yang akan membantumu.”
“Brother Armand? Bagaimana bisa kau melibatkan dia?”
“Lavina. Sister Enda tidak bisa lagi kau harapkan. Kau ingin melakukan semuanya sendiri? Kau harus mematuhiku Lavina. Aku sudah terlalu banyak mematuhimu dan memanjakanmu.”
“Aku tidak meminta kau memanjakanku, apalagi mematuhiku. Dan kapan aku tidak patuh? Semua aku lakukan untukmu.”
“Hahahahahah. Jangan tersinggung Lavina."
Belum selesai bicara. Lady Lavina keluar langsung keluar dari ruangan. Dirinya tidak bisa menahan emosi saat berhadapan dengan Minister. Lady Lavina masih ragu dengan Minister. Dia antara yakin dan tidak yakin dengan semua yang terjadi adalah perbuatan Minister. Jika mengenang saat-saat di mana Minister dulu masih menjadi Lady dan membimbing Lady Lavina, maka tidak mungkin Minister yang melakukan semuanya.
Lady Lavina pergi menuju Aula Lizard. Sebelum ke sana. Lady Lavina pergi ke halaman belakang. Ia ingin melihat Tree yang sedang berlatih. “Lady!!! Lihat. Aku berhasil membuat pedang es. Banyak sekali pedang es. Lihat ini!” teriak Tree.
“Dan apa itu semua berguna?” tanya Lady Lavina yang menatap tajam pada Tree.
“Hah? Berguna bagaimana?” tanya Tree yang bingung.
“Kau berhasil membuat semua ini. Untuk apa?” tanya Lady Lavina yang mengeluarkan rantai es dari belakang punggungnya.
“Lady … apa yang ingin kau lakukan … kau ingin ….” Menjadi panik.
“Cukup jawab aku!!!” teriak Lady Lavina yang menyerang Tree dengan rantainya.
Tree menghindari serangan rantai es. Dia berlari dan memanjat atap sekolah yang tinggi. “Lady aku tidak ingin berkelahi denganmu!” teriak Tree. Lady Lavina tidak memedulikan perkataan Tree. Ia terus mengendalikan rantai es menyerang Tree. Sampai bangunan sekolah menjadi rusak karena serangan rantai es yang luar biasa. Tree terus menghindar. Ia meloncat dari satu atap ke atap gedung lainnya.
Suara serangan terdengar ke semua penghuni sekolah. Para Lord dan Lady lain keluar dari ruangan dan menyaksikan pertarungan Lady Lavina dan Tree. Sister Fogus menjerit marah karena melihat atap gedung yang rusak karena ulah Lady Lavina dan Tree. "Lavina!!! Hentikan semua ini. Aku sangat benci dengan kekacauan yang kau buat!!! Hei Lavina!!!" marahnya. Lady Lavina membuat ujung rantai es menjadi runcing. Gerakannya menjadi lebih cepat. Tree yang yang berlarian menghindar kalah cepat dengan rantai es. Rantai es mengait kaki dan tangan Tree. Tree berusaha untuk melepaskannya, tapi ia gagal. Lady Lavina menarik tubuh Tree sampai berada tepat di depannya. Para Lord, Lady, dan Murid lain sangat antusias melihat pertarungan ini.
“Kau bodoh atau tidak Tree. Jawaban dari pertanyaanku itu sangat mudah. Kau kalah dariku hari ini,” ucap Lady Lavina.