Saat malam semakin gelap dan angin berhembus semakin kencang.
Lord Chaiden menunggu di gerbang belakang sekolah dengan kereta kudanya. Di depannya ada Lord Alfred yang terus memperhatikan keadaan sekitar. Di belakangnya ada Lady B yang mengendong Sister Enda yang diselimuti oleh kain putih dan juga Lady Lavina yang juga memperhatikan keadaan. Tidak ada yang boleh melihat kejadian ini.
Lady B membaringkan Sister Enda ke dalam kereta kuda. “Sekarang. Siapa yang akan ikut?” tanya Lord Chaiden. “Kita semua tentu saja,” sahut Lord Alfred. Mereka semua pergi dari gerbang belakang sekolah. Lady B menaruh obat tidur di dalam minuman penjaga gerbang sekolah. Jadi, penjaga gerbang belakang sekolah tertidur pulas untuk malam ini.
“Lavina, apa kau yakin Enda bisa sembuh dengan bantuan Lord Ethan. Kenapa aku sangat takut rasanya,” kata Lady B.
“Ethan tidak bisa menyembuhkannya. Tapi, setidaknya Ethan bisa membantu kita untuk mencari tahu siapa dalangnya,” sahut Lady Lavina.
“Ehhh Lavina. Sebenarnya melodi kematian itu apa? Aku belum pernah mendengarnya,” tanya Lord Chaiden yang menjadi kusir kereta kuda mereka.
“Ethan sangat ahli dalam melodi. Ada banyak melodi di dunia ini. Namun, terdapat 3 melodi yang paling hebat, yaitu melodi kematian, melodi kehidupan, dan melodi pembunuh. Ethan menguasai ketiga melodi itu. Melodi kematian sendiri digunakan untuk berkomunikasi dengan orang yang sudah meninggal. Namun, harus dengan satu syarat. Jiwanya masih ada di dunia ini,” jawab Lady Lavina.
“Hebat juga Lord Ethan,” sambung Lady B.
Sesampai di Orchid Mountain. Lady B membawa tubuh Sister Enda mendaki gunung sampai ke rumah Ethan. Ethan langsung membuka pintu dan menyambut mereka. “Lord Ethan apa kabarmu?” tanya Lord Chaiden yang langsung memeluknya. “Hahahahahahaha. Aku baik-baik saja, tapi jangan panggil aku Lord. Aku bukan lagi Lord,” sahut Ethan yang berusaha melepaskan pelukannya.
“Ethan cepat mulai melodinya. Semakin cepat semakin baik. Kami harus kembali sebelum matahari bangkit dari ufuk timur,” kata Lady Lavina.
Ethan mengambil posisi yang nyaman untuk dirinya. Tubuh Sister Enda yang berbentuk seperti patung di baringkan di depannya. Ethan duduk bersilang layaknya orang yang siap untuk bertapa. Dia memfokuskan dirinya, mengosongkan pikiran. Kemudian menarik nafas dan menghembuskannya. Perlahan-lahan Ethan menutup matanya.
Sebuah melodi keluar, melingkari tubuh Ethan. Di depan Ethan juga muncul sebuah lingkaran cahaya terang yang di dalam lingkaran cahaya itu terdapat sebuah violin yang sedang bermain. Mengeluarkan sebuah alunan melodi yang lembut dan memilik ritme yang beraturan. Alunan melodi yang keluar dari violin, menjalar mengitari seluruh tubuh Sister Enda. Lord dan Lady lain terus memperhatikan. Ini adalah satu-satunya harapan untuk mengetahui siapa yang melakukan hal buruk ini kepada Sister Enda.
“Jiwanya masih ada di tubuhnya. Lebih tepatnya terperangkap karena dia belum mati,” ucap Ethan.