Lady B pagi-pagi sekali sudah memulai pelajaran. Dia menegaskan kepada Albert untuk lebih giat lagi belajar. Sudah jelas jika pembelajaran tahap dua harus belajar secara mandiri. Jadi, kelulusan ujian pembelajaran tahap dua bergantung pada diri sendiri. “Lady, bagaimana ujian kelulusan nanti. Apakah akan sulit?” tanya Albert.
“Apa kau sudah lupa. Ujian nanti, kalau ingin lulus. Kau harus melawan pembimbingmu ini.” Menunjuk dirinya sendiri.
“Berarti aku akan melawan Lady. Tidak mungkin aku bisa menang. Lady sudah memiliki banyak pengalaman.” Menutup buku ditangannya.
“Kalau kau terus mengeluh, maka sudah pasti tidak akan lulus.”
“Lady B! Lady B! Lady B!” teriak Lord Chaiden.
Lady B keluar dari ruang belajar dan hampir saja tertabrak Lord Chaiden yang berlarian dengan panik. “Kau ini kenapa berteriak dan berlarian sepert ini!” ujar Lady B yang geram. “Ayo ke halaman belakang. Ada pertandingan yang seru.” Menarik tangan Lady B.
“Ehhhhh Lady. Tunggu aku!” teriak Albert.
Di halaman belakang. Lord Alfred berdiri di depan Lady Lavina. Dari belakang Lady Lavina mendukung Lord Alfred dengan memberikan segel pelindung miliknya pada Lord Alfred. Sementara di depan mereka berdua. Rula dan Tree telah berada di posisi siap untuk melawan Lord dan Lady mereka. “Aku benar-benar tidak suka bertarung seperti ini,” kata Rula.
“Sudah aku katakan berulang kali. Baik teman, pasangan, atau keluargamu sendiri. Jika, mereka ingin membunuhmu, maka kau harus tega melawan mereka!” tegas Lady Lavina.
Tree melihat Lord Alfred dan Lady Lavina. Dia memantapkan hatinya. Bagaimanapun yang dikatakan oleh Lady Lavina ada benarnya. Tree menjulurkan tangannya ke depan. Dia menciptakan rantai es untuk menghancurkan pelindung Lady Lavina.
Saat rantai es mengenai pelindung Lady Lavina. Dalam sekejap, rantai es menjadi hancur lebur. “Hah. Rantai es adalah senjata paling kuat bagiku,” gerutu Tree. Tidak sungkan dengan Muridnya sendiri. Lady Lavina mengeluarkan aliran es andalannya melilit kaki Tree dan menghempaskannya. Tubuh Tree menghantam tembok sekolah. “Uhuk, uhuk,uhuk.” Rula segera berlari ke arah Tree. Namun, Lady Lavina mengikat kedua kaki Rula, hingga Rula terjatuh. “Tidak ada yang boleh membantunya. Biarkan berusaha sendiri. Jika, kalian menghadapi musuh bersama. Kalian boleh untuk melawannya bersama, namun tidak dengan membantu yang sedang terluka. Tapi, kalian harus melindungi yang terluka,” ucap Lord Alfred.
“Lavina, lepaskan Rula. Sudah saatnya keluar dari pelindung ini,” pinta Lord Alfred.
Lady Lavina menarik aliran esnya dari kaki Rula. Rula langsung berlari membantu Tree berdiri.
Tree menatap Lady Lavina. Melihat tatapan tajam Lady Lavina. Tree melihat Rula, “Ayo kita coba mengalahkan Lord dan Lady dulu. Jika menang, berarti kita sudah layak berada di sekolah ini,” kata Tree. Rula mengangguk. Rula mengeluarkan jimat yang ada di kantung bajunya. Sementara Tree, dia mengeluarkan sebuah pedang es. Mereka bekerja sama untuk mengalahkan pembimbing mereka.
Rula melemparkan jimatnya ke tanah. Kemudian, dia menghentakkan kakinya. Tanah-tanah mulai bergetar, dari bawah tanah seperti ada yang berjalan cepat ke arah Lord Alfred dan Lady Lavina. “Apa ini?” tanya Lady Lavina. Kedua kaki Lord Alfred dan Lady Lavina tertutup oleh tanah. Rula membuat Lord Alfred dan Lady Lavina tidak dapat bergerak. “Tenang saja. Sangat mudah untuk menghancurkan tanah ini,” kata Lord Alfred. Lord Alfred menggerakkan kakinya untuk melepaskan bendungan tanah di kakinya, tapi siapa sangka. Rula membuat bendungan tanah dengan begitu kuat. “Anak ini semakin hebat,” gumam Lord Alfred.
Tidak ingin membuang kesempatan. Tree berlari dengan sangat kencang. Dirinya mengambil ancang-ancang. Kemudian, melayangkan tangan kanannya yang memegang pedang ke arah Lady Lavina. “Sangat berani,” cetus Lady Lavina yang mengeluarkan kipas es andalannya. Lady Lavina menangkis pedang Tree dengan kipas es miliknya dengan sangat mudah. Tree terus menyerang Lady Lavina. Dengan santai Lady Lavina terus menangkis serangan dari Tree.
Rula mengeluarkan jimat pengendali bayangan. Dengan bayangan akar pohon. Dia menjerat tubuh Lord Alfred. Tidak melawan sedikit pun. Lord Alfred hanya tersenyum sinis melihat Rula. Melihat Lord Alfred yang tidak melawan sama sekali. Membuat Lady Lavina menjadi kesal. Lady Lavina mengeluarkan sedikit energinya, dengan kipasnya dia menghancurkan pedang es Tree dan memukul bahu Tree. “Aaarrgh!!!” teriak Tree. Lady Lavina membuka kipasnya dan langsung mengibaskannya. Sekali kibasan kipas es membuat Tree dan Rula terhempas. Tree segera bangkit. “Kami kalah!” teriak Tree. Lady Lavina tersenyum mendengar pengakuan dari Tree. “Alfred. Hancurkan tanah ini dulu,” pinta Lady Lavina yang menunjuk ke arah kaki mereka berdua.
“Hanya dia yang bisa membukanya. Kalau aku bisa, sudah dari tadi aku menghancurkannya,” kata Lord Alfred.