Three Villages: Fedrich School

Nany Parker
Chapter #23

Lembar 22: Awal Kekacauan

Sudah 2 bulan sejak kepergian Lady Lavina. Sampai sekarang tidak ada satu pun yang bisa menemukan keberadaannya. Selain itu, seluruh penduduk desa telah mendengar berita atas apa yang dilakukan oleh Lady Lavina. Banyak warga desa yang tidak percaya dan tidak sedikit juga yang percaya. Mereka merasa Lady Lavina sudah keterlaluan dan harus dihukum atas perbuatannya.

Aula Minister menjadi kacau balau. Minister sangat marah atas apa yang terjadi. Rak-rak buku berjatuhan, bahkan hancur. Vas-vas bunga mawar kesukaan Minister pecah, hancur layaknya debu. Tak berbentuk. “Minister, ini aku Brother Pumkin. Izin melapor.”

“Ada apa?” tanya Minister.

 “Tadi malam … tadi malam dua Murid dinyatakan kabur dari sekolah,” ungkap Brother Pumkin.

 “Apa?! Hari ini kau baru bilang padaku!!!” teriak Minister dengan sangat marah.

Brother Pumkin yang berada di depan Aula sudah gemetaran. Ia mengepalkan tangannya dengan sangat erat dan dari dahinya telah mengalir butir-butir keringat. Saat seperti ini hanya ada 2 kemungkinan. Pertama, Minsiter membuka pintu dan dia harus menerima amarah dari Minister. Kedua, Minister menyuruhnya pergi.

 “Kau pergi saja. Biar aku yang urus,” perintah Jendral Michael yang datang.

Melihat Jendral Michael sejenak, kemudian Brother Pumkin segera pergi. Siapa yang tidak takut dengan Minister. Semua orang tahu apa yang akan terjadi jika membuat Minister marah. Keadaan sekolah menjadi kacau dan keadaan Minister juga menjadi sangat buruk. Emosinya tidak pernah reda.

 “Rencanaku gagal, Lavina si penghianat itu pergi, dan sekarang bahkan Murid sialan itu ingin menambah kekacauan. Aaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!” jerit Minister diikuti oleh bunyi pecahan barang.

Tidak ada yang berani masuk ke dalam Aula Minister, tidak ada yang tahu sekarang seperti apa keadaan di dalam. Yang pasti setiap hari pasti ada satu benda yang pecah.

 “Siapa yang kabur?” tanya Minster yang mulai menenangkan dirinya.

 “Murid Lady, bukan maksudnya yang pergi adalah Murid Lavina dan Lord Alfred,” jawab Jendral Michael.

 “Tapi aku sudah mencarinya. Tadi malam sejak Brother Pumkin mengatakan ada yang membobol kandang kuda, aku langsung menyebarkan pasukan untuk mencari sekeliling desa. Lagi pula dua gerbang sudah dikunci dengan rapat. Tidak ada yang bisa keluar-masuk,” sambung Jendral Michael.

 “Kumpulkan semua Lord dan Lady yang ada dan pastikan Lord Alfred ada di sana,” perintah Minsiter.

Lonceng besar di menara ufuk Timur telah berbunyi. Semua Lord dan Lady segera menuju ke Aula. Di Aula, Minister telah menunggu mereka bersama Jendral Michael. Para Lord dan Lady telah saling tatap. Mereka tahu apa yang telah terjadi dan tahu apa yang akan terjadi ke depannya.

 “Aku tidak ingin basa-basi lagi. Kalian tahu apa yang telah terjadi. Pertanyaan pertamaku adalah di mana Lord Alfred?” Minister mulai berdiri dari kursinya.

 “Pagi-pagi sekali Lord Alfred telah pergi ke desa. Dia memimpin pasukan untuk mencari Muridnya yang kabur,” sahut Jendral Michael.

 “Bagus. Dia Lord-nya, tentu harus dia yang bertanggung jawab. Keadaan semakin kacau. Kalian semua para Lord dan Lady, jika terus berada di sekolah tidak akan menghasilkan apa pun. Aku perintahkan semua Lord dan Lady untuk pergi keluar sekolah mencari penghianat Lavina dan dua Murid yang kabur. Kecuali Lord Dover. Lord Dover masih harus menjaga Brother Armand.”

Ini adalah titah Minister yang paling luar biasa. Selama ini sebesar apa pun masalahnya. Para Lord dan Lady tidak akan sampai dikerahkan keluar sekolah untuk membantu.

Di Aula khusus Lord dan Lady. Keadaan sangat hening. Semua Lord dan Lady berkumpul di sana kecuali Lord Alfred dan Lord Dover. Mereka hanya saling melihat dan menikmati secangkir teh bunga krisan dari Kota AClock yang baru saja panen.

 “Apa yang akan kita lakukan?” tanya Lady Caitlin.

 “Apa lagi kalau bukan bergabung dengan prajurit Jendral Michael untuk mencari para buronan itu,” sahut Lord Ham.

 “Kalian percaya Lavina bisa menjadi segila itu?” tanya Lady Caitlin lagi.

 “Enthalah. Tidak ada yang bisa yakin. Jika aku berkata percaya, mungkin faktanya tidak seperti yang terlihat. Jika aku berkata tidak percaya, mungkin bisa saja memang seperti itu faktanya,” jawab Lord Ham.

 “Ada yang aneh dengan semua kejadian ini. Tapi, aku sendiri tidak tahu apa yang aneh. Aku hanya merasa aneh, tapi tidak tahu apa yang aneh,” ucap Lord Garvin.

 “Sudahlah. Dari pada kalian berpikir siapa salah dan siapa benar. Lebih baik kita urus dulu perintah dari Minister sebelum sekolah ini menjadi tumbang,” kata Lord Chaiden sambil melirik Lady B di sebelahnya.

Lihat selengkapnya