Kekacauan Desa Derana membuat banyak beberapa penduduk mulai pindah sementara ke kota AClock. Pagi ini sekolah menyebarkan berita kalau Brother Armand telah meninggal. Mayatnya ditemukan di kamarnya dalam keadaan yang tidak wajar. Para penduduk desa mulai bertanya-tanya siapa yang melakukannya dan siapa yang akan menjamin keselamatan penduduk desa setelah ini.
Jendral Michael berdiri di gerbang desa. Ia melihat warga desa satu persatu meninggalkan desa. “Jendral, sekarang putrimu berjuang seperti yang kau lakukan sebelumnya,” ucapnya dalam hati. “Jendral, semakin banyak warga yang pindah. Apakah harus dibiarkan begitu saja?” tanya salah satu pengawal.
“Biarkan mereka pergi. Di sini juga tidak aman.”
Sejak desa Derana berdiri. Tidak pernah sesepi ini. Biasanya setiap jalan penuh dengan pedagang, anak-anak bermain, canda tawa di mana-mana. Tapi, kini keadaan desa Derana layaknya Black Forest. Sunyi.
Luna sedang menikmati semangkuk nasi dan sup di kota AClock. Cuaca di kota sangat panas sekarang. Luna melihat kanan-kiri, kemudian ia mendinginkan cangkir minumnya. “Ini baru segar untuk cuaca panas ini,” katanya. Selesai makan Luna berjalan mengelilingi kota. Dia melihat kertas yang dibawanya dan menemukan sebuah rumah yang tidak terlalu besar dan berada di gang sempit. Luna mengetuk pintu rumah itu. “Permisi. Apa ada orang?” Luna melihat ke kanan-kiri. Dia mengintai dari jendela, “Aa!!!” teriaknya.
“Maafkan aku nona. Maafkan aku mengejutkanmu,” kata wanita tua dari dalam rumah. Seorang nenek keluar dari rumah dan membantu Luna berdiri. Untuk seorang Hamen yang kulitnya sudah kendur, keriput, agak kusam, maka dapat diperkirakan umurnya sekitar 70-an.
“Maaf nenek. Apa ini rumah nenek?” tanya Luna yang mengelus dadanya karena terkejut tadi.
“Iya. Sebelumnya, aku belum pernah melihat dirimu. Siapa nona ini kalau boleh tahu?” tanya nenek tua itu.
“Aku adalah … aku adalah Luna. Teman Tree di desa Derana.”
“Ohhh. Maafkan aku. Tree sejak ke Fedrich School, belum pernah kembali. Bahkan, saat liburan musim dingin juga tidak kembali. Jadi, aku belum tahu siapa saja temannya.” Menarik tangan Luna untuk ikut masuk ke rumah.