Lagi dan lagi sekolah digemparkan dengan berita buruk. Lord Ham dan Lord Garvin hilang secara misterius. Seluruh pengawal sudah mencari mereka berdua, tapi tidak menemukan apa pun. Salah satu pengawal telah mengirim surat ke Jendral Michael di desa Hasai. Memberitahukan berita buruk tersebut.
“Lapor jendral. Tidak ditemukan jejak Lady Lavina dan yang lainnya di sini. Setiap pencarian hasilnya tetap sama.” Lapor seorang pengawal.
“Sudah mencari selama 4 hari. Kalian yakin?” tanya jendral Michael.
“Yakin. Seluruh bagian desa telah ditelusuri semua, hanya saja ada bagian-bagian tempat suci yang tidak boleh di sentuh.”
“Baiklah. Tarik pasukan. Kita kembali hari ini juga.”
“Laporrrrr!!! Jendral lapor, Minister Adora mengirim surat.” Memberikan sepucuk surat.
“Jendral Michael. Aku minta maaf tidak bisa menyambutmu dengan tanganku sendiri. Selama 4 hari di sini, aku sangat ingin berbincang denganmu. Tapi, kemudian aku sadar bahwa keadaan sudah berbeda. Kau dan aku memiliki kedudukan dan tanggung jawab yang berbeda. Rasanya baru kemarin aku bertemu dan tersenyum saat melihatmu. Seorang wakil jendral yang sangat setia. Aku berharap kau dapat memaafkan diriku yang masih sering ceroboh. Aku adalah gadis yang ceroboh, bahkan sampai sekarang … masih. Tapi, aku tidak pernah ceroboh untuk melindungi orang-orang baik, keluarga, dan sahabatku. Aku harap kau mengerti. Semoga kelak ada waktu untuk aku dan dirimu menikmati secangkir teh di musim semi yang indah.”
Jendral Michael tahu surat ini adalah isyarat yang diberikan oleh Minister Adora. Jendral Michael segera menarik pengawalnya dan menunggangi kuda kembali ke desa Derana.
Keesokan paginya. Semua orang di sekolah sangat sibuk dengan hilangnya Lord Ham dan Lord Garvin. Tapi, Minister sangat santai di ruangannya. Tidak ada bunyi seperti vas pecah atau rak buku hancur. Semuanya tenang dan sunyi. Biasanya saat berita buruk seperti ini dilaporkan, maka entah itu vas, buku, atau porselin pasti akan hancur berkeping-keping. Sementara di Aula para Lord dan Lady sibuk menahan Lady Caitlin yang marah-marah. “Sudah … sudah. Nanti Minister akan marah jika mendengar ribut-ribut,” kata Lord Aland.
“APA! DIA AKAN MARAH?! TIDAK!!! DUA LORD HILANG DAN DIA MASIH TENANG DUDUK DI SANA!!!” Teriak Lady Caitlin.
“Tahan dia Aland. Peluk yang erat,” perintah Lord Dover.
“Jrek … jrek … jrek.” Bunyi hentakan kaki para pengawal yang berbaris di depan pintu Aula.
“Untuk apa para pengawal itu di depan Aula?” tanya Lord Dover.