Three Villages: Fedrich School

Nany Parker
Chapter #32

Lembar 31: Rencanamu, Kematianmu

“Minister Mona!!!” teriak seorang wanita. Pintu gerbang desa terbuka secara paksa. Bahkan, semua orang dapat merasakan getarannya. Minister Adora datang bersama seorang laki-laki yang tidak lain adalah Minister Kevin dari desa Imanen. “Kau sudah salah panggil Minister Adora. Seharusnya kita memanggilnya dengan … Minister Fedrich,” sambung Minister Kevin. Seluruh orang terkejut melihat kedatangan Minister Adora dan Minister Kevin. Lady Lavina langsung berdiri dan tersenyum melihat kedua Minister.

Minister Mona sudah tahu ini pasti rencana Lady Lavina. Ia mengalihkan matanya ke arah Jendral Michael dan menatapnya dengan sangat marah. Hukuman cambuk yang diberikan seharusnya tidak akan bisa membuat Lady Lavina dapat berdiri dengan tegak di hadapan semua orang. “Michael!!! Apa kau sudah lupa siapa Tuanmu sebenarnya!” teriak Minister Mona. Jendral Michael tidak memedulikan sama sekali kata-kata Minister Mona. Ia malah berjalan dan berdiri di samping Lady Lavina.

 “Minister Fedrich. Kami tahu karena keserakahanmu dan kegilaanmu. Kau bersukutu dengan iblis. Kau sudah membunuh banyak orang dan ini adalah saatnya untuk dirimu menebusnya,” ujar Minister Kevin.

 “Biarkan kutunjukkan padamu bahwa rencanamu adalah kematianmu,” cetus Lady Lavina.

Seluruh pengawal desa Hasai dan Imanen sudah sedari tadi mengepung desa. Tidak ada yang bisa keluar dari sana. Hari ini mereka harus menghancurkan kunci dari permasalahan ratusan tahun yang lalu. “Jendral Louis. Dengarkan perintahku! BUNUH MINISTER MONA!” perintah Minister Adora.

Hari ini mereka semua mengincar Minister Mona atau Minister Fedrich atau keduanya. Semua pasukan menyerbu desa Derana. Minister Mona melepaskan topi dan cadarnya. Hari ini semua orang dapat melihat wajah asli Minister Mona. Dia tersenyum sinis sambil mengendalikan pengawal kematian miliknya. Tangannya bergerak menggerakkan benang-benang setiap prajurit kematian. “Kevin bunuh dulu prajurit sialan ini. Mereka hanya tubuh kosong yang dihidupkan dengan Forek,” kata Lady Lavina.

Perang kembali terjadi. Kali ini tujuan mereka adalah mengembalikan keadaan semua desa seperti keadaan awal saat ketiga desa di dirikan. Minister Kevin tanpa lelah menghunus pedangnya membunuh satu per satu prajurit kematian demi kedamaian desa Imanen. Minister Adora tidak memedulikan luka di tubuhnya. Dia terus maju memenggal kepala demi kepala prajurit kematian demi kebahagiaan desanya. Jendral Michael dengan pedang andalannya menebas setiap prajurit kematian yang ada di hadapannya demi kehidupan lebih baik desanya.

Lord dan Lady lain juga menggunakan kekuatan mereka masing-masing melawan prajurit kematian. Ethan menggunakan seluruh kekuatannya memainkan ketiga melodi sekaligus. Melodi kematian untuk dapat mengendalikan prajurit kematian juga, melodi kehidupan untuk menghentikan prajurit kematian, dan melodi pembunuh untuk menyerang Minister Mona. Ia berdiri di salah satu atap rumah warga, menggunakan violin andalannya untuk memainkan ketiga melodi. Sementara Lady Lavina segera ke Aula Lizard. Dia mengitari seluruh Aula Lizard dan tidak menemukan yang ia inginkan. Lady Lavina teringat dengan satu ruangan dan segera pergi ke sana.

 “Ethan, Ethan (tertawa melihat Ethan) Apa kau tahu saat kau lahir, aku langsung memenggal kepala ayahmu yang keras kepala itu. Hahahahaha.” ungkap Minister Mona.

Ethan terus memainkan violinnya. Matanya penuh dengan kebencian, amarah, dendam. Ia memainkan violinnya dengan cepat dan semakin cepat sampai salah satu senarnya putus melukai tulang pipinya.

 “Ethan!!! Jangan dengarkan dia. Semakin melodi itu tidak terkendali maka melodimu tidak ada gunanya!!!” teriak Lord Alfred.

Minister Kevin yang melihat mereka segera berlari menyerang Minister Mona. Pedangnya langsung dihalangi oleh Minister Mona. “Kevin, dulu kau Murid yang berbakat. Apa kau tahu bahwa aku sudah membunuh Pembimbingmu dan juga temanmu, Caitlin. Kau pengendali air yang sangat hebat. Kenapa malah terlihat lemah. Hahahahahahahahahahahahaha,” ledek Minister.

 “Mereka mati atau tidak. Aku tidak peduli. Yang penting hari ini kau yang mati!” sahutnya.

Minister Kevin mengendalikan air menyerang Minister Mona. “Mati kau!!!” teriaknya. Minister Mona terus menghindar dan tidak menyerang sama sekali. Dia hanya terus menghindar.

 “Ahh!!!” perut Lady Gleda tertancap pedang. Ia memuntahkan darah hitam. Dia sekuat tenaga menarik keluar pedang tersebut. "Aaaaaaaaaaaaa!!! Sial.” Lady Gleda terbaring lemas. Rasanya sangat berat untuk mempertahankan matanya agar terus terbuka.

Lord Dover segera menghampirinya dan menarik tubuhnya ke samping rumah warga desa. “Tunggu sebentar. Aku meracik obatnya dulu,” kata Lord Dover.

 “Ter … lambat,” sahut Lady Gleda yang mulai kehilangan kesadarannya.

 “Tidak! Tidak ada yang terlambat. Berikan tanganmu. Biar aku mengobatimu,” pinta Lord Dover menarik tangan Lady Gleda.

 “Dover cukup. Uhuk, uhuk, uhuk. Aku sudah lelah. Prajurit sial itu tidak memiliki tali merah dengan Minister Mona. Uhuk, uhuk, uhuk. Ada orang lain yang mengendalikan mereka. Berikan tanganmu (berusaha menggapai tangan Lord Dover). Berikan ini pada Minister Kevin. Kami sama-sama seorang pengendali air dan kami belajar satu pembimbing yang sama. Katakan padanya ini adalah sisa kekuatanku. Lebih baik untuknya.” Menutup mata. Lord Dover tidak bisa menahan tangisnya melihat Lady Gleda yang menghembuskan nagas terakhirnya.

Satu Lady telah gugur dalam perang ini. Lady Gleda tidak hanya terluka di perutnya, tapi sedari pertempuran tadi sekujur tubuhnya sudah terluka dan ia sudah melemah. Ia memberikan bongkahan air di tangan Lord Dover. Bentuknya seperti jelly transparan yang kenyal. Lord Dover melemparkan sesuatu ke tanah. Dari dalam tanah berjalan akar-akar yang panjang mengikat tubuh Minister Kevin. “Apa ini?!” tanya Minister Kevin terkejut melihat tubuhnya yang dililit oleh akar tanaman. Lord Dover menyampaikan bongkahan es itu dengan akar-akar tanaman obatnya. "Gleda memberikannya untukmu. Kau harus menerimanya," kata Lord Dover.

Lihat selengkapnya