“Tia.... bangun!”
Tia membuka matanya perlahan. Penglihatannya terasa asing dengan tempat ini.
“Syukurlah kamu sudah siuman,” Meli menghapus keringat di pelipis. Ia dan Tia baru saja mengalami kejadian di luar kemampuan umat Nya. Tak pernah sekalipun terlintas dalam akal mereka jika buah kelapa itu jatuh tepat di atas batok kepala Tia. Semua terjadi tanpa diduga sebelumnya. Mereka menyusuri beberapa pohon kelapa yang tinggi menjulang dan tidak ada seorang pun yang menyadari pergerakan buah kelapa tersebut sebelum mengenai kepala Tia.
Meli panik tak tahu harus berbuat apa saat temannya tersungkur dan pingsan. Bahkan untuk teriak minta tolong seakan tertahan di tenggorok kan. Meli sadar Ia sedang berada di tengah hutan mencari tunas pohon pisang yang akan Ia tanam di halaman rumah.
Meli mengambil persediaan air minum dalam botol lalu memberikannya pada Tia. Tangan Tia meraba kepalanya sendiri .Disana terasa nyeri dan ngilu. Tia merasakan sebuah benjolan sebesar kepalan tangannya.
“Aduh,”rintih Tia ketika tak sengaja menekan pada benjolan.
Meli membasahi sedikit pinggiran kain sarung lalu mengusapnya dikepala Tia. Semula sarung itu akan digunakan untuk membawa tunas pohon pisang.
“Berapa lama aku di sini? ini di mana?” Tia melihat sekeliling tempat diaman tak Ia kenali sama sekali.