Tiana Merindu

mary dice
Chapter #5

Chapter #5

Tujuh belas tahun yang lalu, ketika Tiana baru saja dilahirkan. Suara tangis Tiana memecah kesunyian, sesaat azan subuh berkumandang.

Pak Darman tidak sendiri di rumah sakit tempat istrinya melahirkan. Sahabat karibnya Imran ikut menemani. Untung saja ada Imran yang membantu biaya persalinan istrinya. Kalau tidak, Darman tidak berani membayangkan apa yang akan terjadi pada anak dan istrinya jika tidak segera dilarikan ke rumah sakit.

Kehabisan air ketuban disertai darah membuat persalinan dilakukan secara Caesar. Biaya yang tak sedikit membuat Darman memohon bantuan Imran.

Sebenarnya Darman adalah orang suruhan keluarga Imran. Ia dan keluarganya sudah lama bekerja pada keluarga Imran. Mereka bekerja pada keluarga Imran yang terpandang dan kaya raya. Dari leluhurnya, Imran mewarisi hampir setengah tanah di desa Sukaraya.

Walau sangat kaya Imran tidak sombong. Tangannya selalu terbuka untuk orang sekitar yang membutuhkan bantuan. Apalagi Darman sudah dianggap saudara sendiri oleh Imran.

“Terimakasih, Im. Berkat bantuanmu, akhirnya anak dan istriku selamat,” ujar Darman.

“Tak usah sungkan. Bukankah kita sudah berteman sejak lama. Selamat ya, Dar. Anakmu cantik sekali,” balas Imran sambil melihat bayi mungil terlelap di gendongan ibunya.

“Alhamdullilah,” Darman terharu dianugrahi seorang anak perempuan sehat dan sempurna. Namun direlung hatinya sedih. Mengingat Ia tak bisa memberikan kehidupan yang layak untuk anaknya. Selama ini, Ia dan istri tinggal menumpang di rumah keluarga Imran. Tepatnya, tinggal di sebuah gubuk di belakang rumah keluarga Imran. Gubuk itu sengaja dibangun dekat ladang agar mudah mengawasi tanaman yang ditanam di ladang tersebut. Di sana juga ada kandang sapi dan kambing milik keluarga Imran.

Di dalam rumah Imran yang sangat besar dengan halaman depan dan belakang sama luasnya. Di sana tinggal Imran dan istrinya beserta tiga orang anak yang masih kecil. Pertama adalah anak laki-laki yang sangat tampan sedangkan anak kedua dan ketiga adalah perempuan berwajah manis dan lucu. Selain itu, di sana juga tinggal ibu dan ayah Imran yang masih hidup. Dan tiga orang karyawan lajang. Hanya Darman yang telah berkeluarga. Tiga orang tersebut bertugas di ladang dan kebun milik Imran. Darman mengurus hewan ternak dan istrinya sebagai asisten rumah tangga. Sementara istri Darman mendapat cuti persalinan, segala tugasnya diambil alih oleh istri Imran.

“Begini, Dar. Saya mempunyai rencana untuk keluargamu. Mudah-mudahan kamu menyetujuinya,” Imran memanggil Darman untuk bicara sebelum istri dan anaknya dipulangkan dari rumah sakit. Darman hanya diam dan siap mendengarkan rencana yang akan diutarakan Imran.

“Baru saja aku membeli sebuah ladang seluas satu hektar. Di sana aku akan membangun rumah sederhana layak huni. Aku harap kamu dan keluarga kecilmu mau tinggal di sana dan menggarap tanah kosong. Kamu bisa menanam apa saja seperti singkong atau pisang dan lain-lain. Di samping itu, di sana cukup juga membangun kandang ternak,” jelas Imran.

Darman terpana mendengar ucapan Imran. Tak menyangka, seakan Tuhan mendengar doa dan kegaulan hatinya setelah memiliki seorang putri. Melalui Imran, Tuhan menunjukan jalan rezeki yang luas buat anaknya.

“Beneran, Im? Alhamdullilah.... akhirnya doaku terjawab. Ya, Allah terima kasih atas semua mukjizat yang telah Engkau berikan kepada kami. Terima kasih, Im. Semoga Tuhan membalas semua kebaikanmu pada kami,” Darman tak henti-hentinya melafaskan nama Allah.

“Ya, Allah… Alhamdulillah…,” istri Darman menangis terharu. Dan mencium putrinya berulang kali.

Lihat selengkapnya