/Aduuh Ernest manis banget ya ngejagain Leyna dari belakang secara diam-diam, kirain siapa tadi yang ngikutin Leyna. Gimana para pembacaku? Seru ngga? Belum ya? Tolong kritik dan saran yaa biar aku perbaiki kesalahannya, selalu support juga yaa biar makin semangat nih update cerita nya, Hehe. Thankseu-- selamat membaca bby! \
Aku berusaha melupakan mimpi itu dan akhirnya menghilang perlahan dari pikiranku.
Aku turun ke lantai bawah bersama Vio ke ruang makan untuk sarapan.
Bapak dan ibu sedang duduk bergurau di ruang tamu sembari menonton Televisi, sementara adikku pergi Hangout bersama teman segrup di sekolahnya, kumpulan para pria muda.
Aku mengalaskan makanan, begitupun dengan Vio. Dan kami langsung menyantap sarapan di Ruang Makan sambil sesekali mengobrol.
"Orang tua lo, nyariin ngga?." Tanyaku di sela-sela menyantap makanan.
"Ayah sih kirim chat ke gue, tapi ngga gue bales, biarin aja." Jawab Vio sedikit malas membahas perihal orangtua nya.
"Gini aja, coba lo balik ke rumah lo. Ngecek kondisi mereka aja, jangan bawa barang-barang lo." Usul ku pada Vio.
"Terus?." Tanya Vio menghentikkan santapannya.
"Lo masuk kerumah, liat orang tua lo udah akur apa belum. Lo ngobrol deh sama mereka, sampein kemauan lo kalo lo mau mereka itu damai." Lanjut ku menjelaskan strategi. Menurutku itu strategi yang pas.
"Iya juga sih, yaudah deh gue pikir-pikir dulu." Ucap Vio sedikit murung.
"Semangat Vio! Lo bisa kok bikin mereka damai lagi dan ngga bakal pisah, jangan mikirin yang negatif dulu ya, lo optimis aja." Ucapku memberi semangat pada Vio. Vio tidak memiliki kakak ataupun adik, dan selalu jadi saksi perkelahian orang tuanya. Aku takut dia akan mengalami masalah mental.
"Thanks Nana~ Lo bukan temen lagi buat gue mah, udah sahabat." Ucap Vio mulai tersenyum.
Selesai sarapan, kami mencuci piring bekas tadi sarapan dan pergi kembali ke kamar.
Aku duduk di sofa kamar dengan Vio. Aku ingin menceritakan pada Vio bahwa aku sudah bertemu kembali dengan Sahabat kecil ku dahulu.
"Vio, lo tau ngga kemarin gue kemana?." Tanyaku memulai pembicaraan dengan bahagianya.
"Kemana kemana?." Tanya Vio dengan penasaran.
"Lo inget ngga, cowo yang kata lo itu ganteng?." Tanya ku kembali pada Vio.
"Yang mana? Kan gue ngga cuma sekali bilang cowo yang ganteng,hehe." Kekeh Vio.
"Iih, itu lho yang nitipin surat ke lo buat gue." Ucapku mengingatkan Vio.
Vio berpikir sejenak untuk mengingat kembali siapa cowo itu.
"Hmm, Oiya! Gue inget! Kenapa emang??." Tanya Vio yang sudah berhasil mengingatnya.
"Ternyata dia itu sahabat kecil gue, selama 9 tahun ngga ketemu tanpa kabar sama sekali akhirnya ketemu lagi!." Jawabku dengan bahagia.
Vio terkejut dan menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya. Dia terus menanyakan "Serius?." Padaku.