Kini Leyna tengah terbaring di ranjang pasien Rumah Sakit.
Leyna masih dalam kondisi yang lemah dengan wajahnya yang sedikit pucat.
Vio menemani Leyna di kamar pasien, karna Leyna masih merasa ketakutan.
"Na, lo harus istirahat sekarang, lo tidur ya." Vio selalu menyuruh Leyna untuk tidur karna dokter menyarankan pada Vio agar menyuruh Leyna tidur, agar kondisi Leyna cepat membaik.
"Ngga, Vio. Gue takut kalo dia da ─."
"Ngga bakalan, Na! Ada gue dan yang lain." Vio berusaha menenangkan Leyna, dan akhirnya Leyna menuruti perintah Vio yang juga perintah dari Dokter.
Vio berjalan keluar kamar pasien dan duduk di bangku bersama Rendi.
"Gimana?." Tanya Rendi ketika Vio keluar dari Kamar Pasien Leyna.
"Ngga apa-apa, Leyna semakin membaik." Jawab Vio dan langsung duduk di bangku.
Vio belum pulang ke rumahnya sama sekali, dan tentunya dia belum mengganti pakaiannya yang mulai kotor.
"Gue Rendi." Rendi mengulurkan tangan untuk bersalaman dengan Vio.
Vio menjawab uluran tangan Rendi dan memperkenalkan diri kembali.
"Viola, panggil aja Vio."
Mereka berdua baru mengenal nama satu sama lain, padahal sedari tadi mereka bersama-sama.
Menyadari pakaiannya yang harus segera diganti, Vio meminta izin pada Rendi untuk pulang sebentar ke rumahnya dan meminta Rendi untuk menjaga Leyna disini.
Rendi mengiyakan dan Vio pun berlari keluar Rumah Sakit untuk pulang sebentar.
Setelah 15 menit berselang, Ernest datang bersama kedua orangtua Leyna dan adik dari Leyna, Pasha.
Keluarga Leyna pun masuk ke ruangan pasien dan menjenguk Leyna.
Ernest langsung duduk di samping Rendi dan menanyakan kondisi Leyna pada Rendi.
"Cukup membaik, dan nanti gue bakal cari pelaku."
Selama mengobrol dengan Ernest, pandangan Rendi tertuju pada lengan Ernest yang terdapat plester kecil di daerah lipatan lengan Ernest.
"Lo diambil darah?.
"Huh?." Ernest refleks menutup lengannya agar plester itu tidak terlihat lagi.
"Ngga usah di sembunyiin, gue tau itu bekas donor darah." Ucap Rendi dengan sedikit tertawa.
Ernest berhenti menyembunyikan bekas donor dan cengar-cengir.
"Gue habis donor buat Leyna." Jujur Ernest.
"Serius lo?." Tanya Rendi tidak percaya.
Ernest menghiraukan Rendi ketika Rendi tidak percaya pada Ernest, kebiasaan seorang Polisi yang berjiwa humor.