Ernest masih diam tidak menjawab pertanyaan Leyna.
"Penting ya, Na?." Tanya Ernest.
"Jawab aja, lo sering nunjukin perilaku kayak lo suka sama gue." Ucap Leyna.
"Udah, istirahat aja dulu, lo belum bener-bener fit makanya pertanyaan lo ngaco." Ucap Ernest dengan sedikit tertawa.
Leyna langsung bete ketika Ernest mengira itu adalah pertanyaan yang 'ngaco'.
Ernest tersenyum dan pergi keluar ruangan meninggalkan Leyna sendiri.
Ernest menghampiri kedua orangtua Leyna dan Pasha, lalu duduk disamping mereka.
"Pak, Bu. Sudah makan?." Tanya Ernest.
"Ibu belum, daritadi bapak suruh makan ngga mau terus, kalo bapak tadi sudah dengan roti karna ngga sempat masak." Jawab Pak Yusuf.
"Kamu udah, dek?." Tanya Ernest kepada Pasha.
"Udah kak, sama roti kayak bapak." Jawab Pasha.
"Ernest mau makan, Bapak Ibu sama Pasha ikut makan ya? Kita makan di kantin Rumah sakit ini." Ajak Ernest pada keluarga Leyna.
"Ah, ngga usah nak, ngga apa-apa." Pak Yusuf menolak ajakan Ernest.
"Ayo, Pak. Sekalian temenin Ernest, hehe."
Akhirnya keluarga Leyna pun menerima ajakan Ernest untuk makan bersama.
Sementara Vio menemani Leyna dan mereka sedang mengobrol.
"Aneh ngga sih?." Tanya Leyna.
"Gimana ya, gue belum ngerti masalahnya, Na. Hehe." Ucap Vio dengan cengar-cengir.
"Gini lho, gue kan udah agak lama ya ketemu lagi sama Ernest, kita sering ketemu, dan makin kesini dia makin nunjukkin perilaku dia yang kayak suka sama gue." Jelas Leyna.
"Terus gimana?." Vio mencermati curahan hati Leyna.
"Nah, gue penasaran dong dia suka apa ngga sama gue, tadi gue tanyain ke dia, eh dia malah ketawa dan pergi keluar." Sambung Leyna dengan wajah bete.
"Hm gitu ya, lo suka sama Ernest kan?."
Leyna diam, mendadak bingung.
"Ngga tau." Jawab Leyna dengan polosnya.
"Tuhkan, lo aja ngga tau sama perasaan lo sendiri. Mungkin Ernest juga ngga tau." Jawab Vio.