Ketika Ernest sudah pulang, Bu Lina tidak kalah bahagianya dengan Leyna yang dilamar oleh lelaki pujaannya.
"Duh kakak, ibu bahagia banget,"
"Ernest itu menantu ibu yang sudah lama ibu idam-idamkan,"
"Sebenernya ibu juga tahu tentang perasaan Cinta kamu ke Ernest, Vio yang kasih tahu,"
"Akhirnya Ernest itu jadi calon menantu ibu, dia itu menantu idaman banget,"
"Selama ini doa ibu terjawab hari ini juga, kakak bahagia kan?"
Leyna terus mengiyakan segala ucapan yang dilontarkan sang ibu. Mungkin Bu Lina terlihat lebih bahagia karna perasaannya ditumpahkan, tapi sebenarnya Leyna lah yang lebih bahagia, hanya saja kebahagiaan itu tidak semua dia keluarkan, cukup di hati saja.
Leyna meminta kepada ibunya untuk beristirahat karna Leyna lebih cepat kelelahan semenjak tragedi penculikan yang disebabkan oleh Zidan, manusia tak berperikemanusiaan.
Leyna berjalan menuju kamarnya dan duduk di pinggir ranjangnya, menatap dress yang selama pesta dia kenakan.
Lalu berjalan menuju jendela balkon kamar miliknya, memandang matahari yang sebentar lagi akan terbenam. Senja setelah Pesta.
Leyna amat sangat bersyukur, harapannya tidak mengecewakan, tuhan memang begitu baik.
Senyuman di wajah Leyna tak memudar, kebahagiaan itulah yang membuat Leyna tak berhenti untuk tersenyum.