"Plis jangan ganggu, aku anak baik plis hantu kamu pulang ajaa," Leyna mengoceh dan gemetar ketakutan. Terus menutup wajahnya menggunakan bantal.
Dibalik itu, Ernest dan Vio menahan tawa dalam diam, mereka benar-benar jahil.
Ernest menarik bantal yang menghalangi wajah Leyna dan mengagetkan tunangannya itu.
"BAA!"
"IHH! ERNESTT VIOO! "
Akhirnya Ernest dan Vio bisa melepas tawa yang sedari tadi mereka tahan, mereka berdua tertawa dan Leyna melemparkan bantal-bantal yang berada di dekatnya ke arah Ernest dan Vio.
Leyna hanya tersenyum sekaligus kesal menahan rasa malunya, tentu sambil terus mengoceh.
"Kenapa sih, Na? Haha," Ucap Ernest berjalan mendekati Leyna yang sedang duduk di sofa, mengelus kepala Leyna.
"Tau ah," Jawab Leyna dengan pouty face nya.
"Ngambek nih? Yaudah dokter kasih obat nih," Kata Ernest memberikan satu box kecil yang berisikan berbagai macam varian Mochi, camilan kesukaan Leyna.
Leyna terus menghiraukan Ernest yang berada di sampingnya, diam-diam matanya melirik ke arah Box pemberian Ernest.
"Ini Mochi masih jadi kesukaan kamu, kan? Kembaran pipi kamu ini,"
Begitu Leyna mendengar kata "Mochi", tak segan dia langsung menatap Ernest lalu menatap Box yang katanya berisi Mochi.
"Pinter banget ya bujukin aku.." Leyna mengambil box dari tangan Ernest.
"Harus, kalo aku ngga pinter bujukkin orang yang aku sayang, ngga akan pernah orang itu bertahan sama aku," Ucapnya dengan mata yang memandang ke arah Leyna, tak lupa senyumannya yang selalu membuat Leyna luluh.