15 Desember, 2019
Clak!
Frey yang sedang fokus-fokusnya menatap sekian banyak lembar foto, seketika langsung tertegun dan terdiam ketika pintu kamar inapnya dibuka secara tiba-tiba dari luar.
"Ih, dokter ngagetin aja," itu kata Frey.
Yap, dokter Sekar adalah pelaku dari kejadian pintu yang terbuka tiba-tiba itu. Ia mendekat ke arah Frey sesaat setelah menutup pintu tersebut, ia tersenyum lantas kemudian duduk di sisi ranjang, tepat berhadapan dengan Frey.
"Kamu lagi ngapain?" kata dokter cantik itu, lalu melirik ke arah benda-benda yang sedari tadi Frey pegang.
"Hm, nggak ngapa-ngapain, dok."
Itu jawaban Frey. Jelas-jelas dokter Sekar bisa melihat dengan mata kepala sendiri bahwa Frey tengah menyibukkan diri dengan sesuatu. Dokter Sekar kemudian diam dan tak bertanya lebih lanjut ketika Frey justru menunduk dan membuang tatapan matanya dari arah dokter itu. Dokter Sekar pun kembali melirik benda-benda yang Frey sentuh itu, sekian lembar foto yang tertata berantakan dan menampilkan satu per satu potret di dalamnya.
"Frey kangen mama?"
Yap. Lembaran foto-foto tersebut adalah potret Freya bersama mamanya. Ada sekian banyak foto dari sekian momen yang bahkan dokter Sekar sendiri tidak tau. Frey menjabar semua foto-foto itu di atas ranjangnya, melihat semua potret dirinya dan sang mama yang masih bisa tersenyum begitu girang dalam setiap momen.
"Mama hari ini ulang tahun," kata Frey pelan.
Dokter Sekar diam, melihat ada sorot kepedihan yang amat dalam dari kedua bola mata itu.
"Biasanya, ayah sama Frey bakal rencanain sesuatu buat kejutan mama," kata Frey lagi. "Terakhir tahun lalu, ayah kasih mama kalung," lanjutnya.
Dokter Sekar masih diam, tak tega memotong pembicaraan seorang gadis remaja yang masih amat sangat membutuhkan kasih sayang dari ibunya, namun sudah harus dipaksa kehilangan.