18 Desember, 2019
Seperti biasa, pagi ini Frey menatap ke luar jendela, menunggu seorang pria tampan yang sejauh ini selalu menemuinya di tempat di mana Frey terdiam sekarang. Ia benar-benar duduk di depan jendela yang kacanya sudah ia buka, berharap Raka cepat-cepat datang dan kemudian mereka mulai bertukar cerita. Potongan kiwi yang setiap pagi selalu menjelma menjadi menu sarapan Frey itu pun sudah terpotong rapi dan tertata acak di atas sebuah piring putih dengan sebuah garpu di atasnya. Ya, lagi-lagi alasannya untuk dinikmati berdua bersama Raka.
Frey menoleh kesana kemari, celingukan dan mengira bahwa jika saja Raka mungkin sudah datang dan bersembunyi diam-diam, tapi jawabannya tidak. Alhasil ia terus menunggu, berharap si tampan itu buru-buru datang dan kembali membuat paginya ceria hari ini.
Namun...
Clak!
Seseorang dari depan sana secara sengaja membuka pintu kamar inap Frey dan membuatnya harus menoleh.
"Tante Citra?"
Ya, dia lah oknum yang membuka pintu kamar inap Frey tanpa izin.
"Tante ngapain di sini?" tanya Frey kemudian.
Tante Citra tersenyum kecil dan berjalan pelan menghampiri Frey. "Mau nengok kamu aja," katanya ramah, lalu mengelus kepala Frey ketika sudah dekat. "Frey ngapain di jendela?" lanjutnya.
Frey diam, menatap wajah tante Citra yang penuh akan rasa penasaran, tapi kemudian Frey menggeleng.
"Kalo nggak ada apa-apa nggak mungkin dong Frey di sini," kata tante Citra.
Frey diam lagi, dan kemudian kembali menatap wajah itu. Tatapan mereka kali ini agak lama. Frey yang terdiam bungkam dan hanya menatap sorot mata itu pun seketika tersihir, entah ada apa di dalam bola mata milik tante Citra itu, seperti ada sebuah ketulusan dan rasa kasih sayang yang samar-samar terlihat.
"Frey? Kok diem aja?" kata tante Citra lagi.
Frey kemudian membuang tatapannya dan kembali melihat keluar jendela. "Frey lagi nunggu orang," katanya.
"Siapa? Kok nunggunya di sini, emang dia nggak bisa masuk lewat pintu?"
"Bisa. Cuma dia beda."
Sontak, seketika tante Citra merasakan ada ucapan cinta dalam kalimat yang baru saja Frey keluarkan dari bibir manisnya. Kata 'beda' yang Frey ucapkan tadi sudah cukup menggambarkan sesuatu hal yang spesial menurut tante Citra.
"Pacar Frey?" tanyanya.