Tidak Ada Desember Tahun Ini

dey
Chapter #19

Raka, Dan Lagi-Lagi Dia

19 Desember, 2019

Dokter Sekar berjalan amat pelan menyusuri sekian lorong yang sepi karena para pasien sebagian besar sudah berada di dalam kamar mereka, dan sebagian lagi mungkin ada di halaman belakang atau taman.

Ia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku baju dokternya, masih berjalan pelan dengan ribuan pemikiran di dalam kepalanya yang nampak tenang. Ia hela napas, jika boleh jujur, sekian banyak pikiran dari beribu-ribu hal di otaknya adalah satu; Freya Jovanka.

Entah ada hal menarik apa yang membuat dirinya enggan berhenti memikirkan si cantik itu. Pemikirannya terlalu banyak hingga sulit untuk dijelaskan dan dijabarkan satu per satu. Sekar menyayangi Frey seakan-akan Frey adalah adik kandungnya sendiri, ia menganggap Frey lebih dari sekedar seorang pasien, lebih dari sekedar seorang teman, lebih dari sekedar seorang sahabat.

Sekar menyayangi Frey lebih jauh daripada itu.

Entah, dari awal semenjak gadis itu dibawa ke rumah sakit jiwa di mana Sekar bekerja, ada tatapan mata yang membuatnya terenyuh seketika, tepat di detik saat ia menatap Frey lekat, sejak saat itu juga Sekar perlahan memahami Frey. Awalnya ia hanya iba dengan gadis itu, terlalu kasihan terhadap seorang gadis remaja yang seharusnya masih bisa haha-hihi di luar sana, tapi Frey secara terpaksa justru harus terpenjara. Ya, awalnya Sekar hanya merasa kasihan, hingga perlahan rasa kasihan itu berubah seiring berjalannya waktu kala Sekar mengenal Frey lebih dalam, mendengar cerita-cerita masa lalunya, atau peraduan sakit hatinya tentang keluarga yang sudah tak lagi utuh.

Mungkin orang lain akan menganggap itu hal yang biasa saja. Sederhananya, semua orang punya masalah, dan bukan Frey yang paling sengsara. Namun, sebagai seorang ahli kejiwaan, Sekar bisa membaca ada banyak pedih dari sorot mata yang selalu terlihat palsu ketika tertawa Itu. Yap, tatapan mata milik Frey. Jelas saja.

"Dokter!"

Sekar mungkin akan terus berjalan pelan sembari memikirkan Frey jika saja suara seorang wanita tidak lebih dulu membuyarkan diamnya.

Sekar lantas langsung menoleh ke belakang di mana sumber suara itu berasal.

Citra.

"Aku liat kok bengong aja sih mbak," kata Citra saat sudah menjajari posisi Sekar.

Sekar terkekeh pelan. "Ngelamun aja tadi," katanya. "Abisnya nggak ada yang bisa diajak ngobrol."

"Mbak udah cek Frey belom hari ini?" tanya Citra.

Lihat selengkapnya