Tidak Ada Desember Tahun Ini

dey
Chapter #1

Pertemuan Pertama, Terlalu Konyol Katanya

30 November, 2020

Gadis cantik berambut panjang itu turun dari mobilnya, digandeng ayah dan dua asisten perempuan yang berdiri di belakangnya. Beralaskan sendal jepit biasa, kakinya memijak pada tanah, berjalan pelan melewati halaman luas yang terhampar di hadapannya.

Ia hanya terdiam, menunduk, tak ingin menatap ke atas.

"Non Freya jangan diem aja, mbak kan ada di sini, kalo takut tinggal bilang," ujar salah satu asistennya.

"Nggak ada yang perlu Freya takutin," imbuh ayahnya yang masih setia menggandeng tangannya.

Freya tidak takut akan apapun saat ini. Hanya saja, ah ada sebesit perasaan yang tak akan mereka mengerti.

"Eh Freya, makin cantik aja nih, gimana kabarnya?"

Seorang dokter wanita yang tengah berjalan di lorong gedung itu menyapa Freya yang sudah masuk ke dalam. Ya, Freya di rumah sakit saat ini. Ia akan mengontrol kondisinya, sebagaimana orang-orang sakit pada umumnya. Hanya mengontrol saja, memastikan kondisinya kian membaik. Sebenarnya Freya sudah pulih semenjak satu tahun yang lalu, alasan mengapa dokter-dokter di gedung rumah sakit ini sudah mengizinkannya pulang dan hanya datang sesekali untuk cek kondisi.

"Freya baik-baik aja," sebagaimana orang sehat pada umumnya, Freya menjawab sembari tersenyum, membenarkan ucapannya bahwa ia benar-benar baik-baik saja.

Dokter, ayah, dan kedua asistennya tersenyum girang, melihat senyuman cerah yang perlahan terukir di wajah cantik seorang Freya Jovanka.

"Frey mau ke atas dulu boleh nggak, pengen cari angin," ujar Freya pada semuanya.

"Gih, hati-hati ya," ucap ayahnya.

Freya berjalan pelan, lantas kemudian kembali berhenti ketika menyadari sesuatu yang mengikutinya di belakang.

"Mbak nggak usah ikut, Frey sendiri aja," pintanya.

Kedua asistennya itu saling bertatapan, terdiam tanpa ucapan.

"Biarin Freya sendirian," ucap dokter perempuan itu, dijawab anggukan oleh majikan mereka yang tak lain adalah ayah Freya.

Freya tersenyum girang, lalu lanjut berjalan melewati lorong dan banyak tangga hingga tiba di lantai atas. Benar-benar paling atas. Ya, rooftop.

Cuaca sore yang sejuk dan semilir angin sepoi-sepoi membelainya perlahan, membuatnya semakin tenang. Ia beranjak mendekat pada sisi rooftop, semakin menunjukkan pemandangan indah dari langit sore, dan mungkin juga pemandangan menakutkan dari hamparan halaman luas di luar gedung itu.

Lihat selengkapnya