04 Desember, 2019
08.05
Frey bersandar pada sandaran tempat tidur rumah sakitnya, menatap ke depan dengan tidak semangat, menyaksikan televisi itu menampilkan tontonan pagi yang membosankan. Berupa makhluk kotak berwarna kuning yang tinggal di dalam rumah nanas di bawah laut, bekerja sebagai tukang masak yang handal dengan roti isi yang biasa mereka sebut krabby patty.
Ya, benar. Siapa lagi kalau bukan Spongebob. Si kuning yang selalu berdecit setiap melangkah, yang selalu ceria dan bahagia dalam suasana apapun di hidupnya.
Ah, andai saja Frey bisa seperti itu.
Tak Tak Tak!
Frey dengan refleks langsung bergeser sedikit dari posisi awalnya. Suara aneh apa itu? Begitu batinnya.
Suara itu bersumber dari jendela, lebih terdengar seperti suara lemparan kerikil yang sengaja atau tidaknya mengenai kaca. Tirai jendela masih tertutup rapat, Frey pun enggan membukanya, siapa tau saja di luar itu orang jahat, atau mungkin teroris yang tiba-tiba bisa saja menembak Frey hingga tewas.
Tak!
Lagi, suara itu masih membuat Frey bungkam.
"Permisi!" satu kata yang keluar dari luar sana.
"Permisi! Dengan Nona Frey Jovanka?"
Freya mengernyit seketika. Siapa sih di luar? Apa benar itu adalah orang jahat yang menguntitnya hingga tau namanya selengkap itu?.
"Siapa ya?" begitu jawab Frey, ragu-ragu.
"Paket."
Satu yang selanjutnya terucap dari bibir tipis Frey. "Hah?"
Frey akhirnya bangkit dari duduknya di atas ranjang. Dengan piyama khas rumah sakit, ia berjalan mendekat ke arah jendela, dengan keraguan dan juga ketakutan yang merubung, Frey perlahan-lahan membuka tirai itu. Ia mengintip sedikit, memastikan siapa makhluk asing diluar yang berkata bahwa ada paket untuknya, padahal Frey tak memesan ataupun membeli barang-barang secara online.
Suara pelan tarikan tirai menjadi satu-satunya suara yang terdengar, saking sunyinya kamar VIP yang ayah Frey pilih untuk perawatan putrinya.
Ketika tirai itu sedikit terbuka, ya kurang lebih satu senti, Frey bisa melihat sepasang mata yang tiba-tiba membuat rasa takut dan ragunya hempas begitu saja. Alhasil setelahnya, tirai itu Frey buka lebar-lebar tanpa ragu. Lantas membuka kaca jendela yang menjadi sekat diantara mereka.
"Raka."
Itu satu ucapan yang keluar dari mulut Frey, yang selanjutnya membuat dirinya sendiri tersenyum.
Raka, adalah oknum penyusup yang kini menjadi penipu dengan kedok sebagai pengantar paket.
Raka ikut tersenyum, meski dengan selang oksigen yang masih saja bertengger di lubang hidungnya, senyum dan wajahnya tetap nampak menawan.
"Dasar penyusup ih! Bikin orang panik aja," rajuk Frey.
Raka tertawa. "Hehehe, maaf."
"Kok di jendela sih? Kenapa ga masuk aja?"
"Enggak ah, enakan gini."
"Huh, untung aja kamar gue di lantai bawah. Coba di atas, modar duluan kali lo."
"Nggak pa-pa, jadi spiderman nanti," candanya. "Tapi spiderman-nya penyakitan," lanjutnya, lalu tertawa sendiri.
Tidak dengan Frey. Ia tidak tertawa dengan candaan yang barusan Raka ucapkan. Frey benci itu. Frey tidak suka Raka merendahkan dirinya sendiri.
"Jangan gitu!"
Lagi, Raka tertawa. "Hehehe, maaf."
Hening. Selanjutnya hanya semilir angin pagi yang terdengar halus di telinga.