Tidak Ada Desember Tahun Ini

dey
Chapter #7

Mama

07 Desember, 2019

"Freya mau kemana? Rapi banget."

"Eh dokter, Frey keluar bentar ya?"

"Mau kemana?"

"Mau ke makam mama."

"Sama siapa? Aku temenin ya?"

"Nggak usah, Frey sama temen."

Frey yang bertemu dokter Sekar di dekat pintu utama rumah sakit pun bisa langsung jelas melihat banyak orang yang wara-wiri keluar masuk rumah sakit.

Di detik yang sama, mata Frey dengan cekatan menangkap sesosok lelaki tampan dengan selang oksigen yang khas itu. Frey hanya melirik-lirik, enggan untuk melambai tangan atau memanggil, ia takut jika dokter Sekar sadar bahwa ia akan pergi dengan seorang pria, bisa-bisa nanti diadukan ke ayahnya, jadi masalah baru untuk Frey.

"Udah ya dok, temen Frey udah nungguin kayaknya di luar," ujar Frey, lalu tanpa jawaban sang dokter ia berlari keluar.

Dokter Sekar yang memperhatikan dari jauh hanya mengernyit ketika menatap Frey makin tidak terlihat dari posisinya, mungkin karena terlalu banyak orang. Alhasil dokter Sekar pergi. Sementara itu di luar, Frey menarik tangan Raka dan membawanya berlari agar tidak nampak dari pintu kaca rumah sakit yang transparan. Mereka berlari menjauh, dan bersembunyi di sekian mobil yang ada di area parkir.

"Kenapa?" tanya Raka.

"Ada dokter gue tadi."

Raka hanya mengangguk-angguk paham.

"Udah yuk, kita cari taksi," kata Frey, lalu berjalan bersama Raka menuju area jalan raya.

  Sesampainya di jalan raya, mereka berdua langsung masuk ke taksi yang menepi kepada mereka, menandakan bahwa taksi itu kosong dan menginginkan penumpang.

"Ke TPU ya pak," ujar Frey pada sang supir.

Menuruti perintah, sang sopir langsung mengendarai taksinya.

"Lo ada batesan waktu buat keluar rumah sakit nggak?" tanya Frey pada Raka.

"Nggak ada, kita keluar sampe sore juga boleh."

"Serius?"

Raka mengangguk.

Frey merasa lega mendengar jawaban Raka, membuatnya tidak memiliki waktu khusus yang dibatasi, lalu setelah itu mereka dipaksa berpisah. Ya, setidaknya hari ini Frey bisa menghabiskan hari bersama Raka.

"Nanti abis dari makam enaknya kemana ya?" tanya Frey.

"Bebas, gue kan nemenin lo doang."

Frey sejenak berpikir-pikir. Namun, di sela dirinya yang tengah berpikir, Frey mendapati sang sopir taksi memandanginya lewat kaca kecil yang bergantung di langit-langit taksinya. Frey menunduk, lalu menoleh lagi, menunduk, menoleh lagi, menunduk, menoleh lagi. Tapi tetap saja, tatapan mata sopir itu masih sama.

"Kita jalan-jalan aja deh nanti," ujar Frey pada Raka. "Nanti kita ke mall aja, kamu temenin aku ya sayang."

Raka mengernyit bingung, sementara Frey memberikan tatapan mata yang mengisyaratkan Raka untuk diam, dan hanya mengangguk.

Frey sengaja, setidaknya agar sopir itu tau bahwa lelaki yang duduk bersama Frey adalah kekasihnya. Frey hanya takut, tatapan mata sopir itu agak aneh, Frey takut sang sopir akan berlaku macam-macam padanya, setidaknya sekarang sang sopir tau bahwa Frey bersama kekasihnya, jadi sopir itu tidak akan berani macam-macam.

Setidaknya begitu yang Frey pikir.

Lihat selengkapnya