Tidak Ada Desember Tahun Ini

dey
Chapter #9

Save Me

09 Desember, 2019

Satu potongan kiwi kembali mendarat di suapan Frey. Ditengah aktivitasnya yang masih fokus dengan Spongebob Squarepants di dalam layar televisi itu, Frey terus mengunyah. Lantas sesudah ia rasa cukup kiwi-kiwi itu berlabuh di perutnya, Frey pun meletakkan piring itu di atas nakas. Ia mengernyit sesaat. Melihat sepucuk lipatan kertas yang terdiam tenang di atas nakas tempat Frey meletakkan piringnya tadi. Tanpa pikir panjang, Frey pun segera mengambil kertas itu, dan membukanya. Ada sebuah pesan singkat yang ditulis rapi oleh tinta pulpen.

Jam sembilan, buka jendela.

Frey tertegun sesaat. Surat dari siapa ini?

Ia melirik jam dinding, sudah jam setengah sepuluh, berarti Frey terlambat setengah jam. Ia yang duduk bersandar di atas ranjang pun langsung turun dan cepat-cepat membuka jendela. Ketika tirai putih dan kaca jendela itu berhasil tepis dari pandangannya, sosok yang sudah tak asing baginya pun hadir.

"Raka?" katanya. Sejujurnya ia juga tak begitu terkejut, karena tau bahwa pesan di surat itu pasti dari Raka, hanya dia satu-satunya orang yang menyampaikan sesuatu dengan tidak biasa.

Raka memutar bola matanya. "Baru baca ya?"

"Ih, gue nggak tau kalo ada surat dari lo di sana."

Raka diam.

"Lo nunggu di sini udah lama?"

"Tepat dari jam sembilan."

"Udah setengah jam dong."

"Tadinya kalo lo tetep nggak buka jendela sampe jam sepuluh, gue pulang."

"Yah, jangan."

Raka tertawa kecil. "Kan sekarang udah di sini."

Freya tersenyum. "Emang mau ngapain gue harus buka jendela jam sembilan?"

"Ya biar liat gue."

Frey terkekeh. "Itu doang?"

"Ya enggak," kata Raka, lalu tertawa-tawa. "Ayo kita keluar."

"Hah?"

"Keluar."

"Kemana?"

"Ke atas sana," jawabnya sambil menunjuk ke atas.

"Rooftop?"

"Bukan."

"Langit?"

Raka tertawa lagi. "Bukan, Frey. Ke sana," tunjuknya lagi. "Ke bukit itu."

Frey melebarkan bola matanya, nampak tak percaya dengan Raka yang kini menawarkan sebuah hal yang sudah sedari lama Frey harapkan.

Frey buru-buru balik badan. "Gue ganti baju dulu." Kata Frey, lalu kembali menutup jendela. "Jangan ngintip."

Frey bergegas mengenakan pakaian paling nyaman menurutnya, menata rambutnya sedikit, dan memoles bedak di wajah dan lehernya. Hanya sedikit. Sedikit saja.

Lihat selengkapnya