Tidak Ada Desember Tahun Ini

dey
Chapter #10

It's A Different Love

10 Desember, 2019

  "Frey, jangan lupa ya nanti jam enam minum obat."

Dokter Sekar mengingatkan sebelum setelahnya pergi dan keluar. Frey melirik jam dinding, sudah pukul lima lewat tiga puluh empat menit sore. Hanya tinggal beberapa menit lagi ia harus minum obat.

Frey hela napas. Melirik keluar lewat jendela dan menatap sekitaran yang mulai gelap. Hari ini senja tidak datang dengan indah, cuaca mendung membuat sinar jingga itu tidak nampak secara jelas.

Dan yang paling membuat Frey merasa kurang hari ini adalah, kehadiran Raka yang tidak kunjung datang.

Satu yang terlintas di benak Frey.

Tumben.

Ya itu pernyataan yang terlintas begitu saja di pikiran Frey. Heran dengan sosok lelaki yang biasanya hadir dengan segala ketidakbiasannya, justru kini hilang begitu saja.

Tak! Tak! Tak!

Frey menoleh ke sumber suara. Jendela.

Tak! Tak! Tak!

Sontak, tanpa pikir panjang, ia langsung turun dari ranjang dan membuka tirai itu. Benar tebakannya.

Raka di sana.

Baru saja Frey ingin membuka kaca jendela dan membiarkan Raka berbicara padanya tanpa sekat. Tapi sebelum Frey sempat melakukannya, Raka lebih dulu mengode untuk jangan membuka tirai itu. Tangannya seperti ia lambai-lambaikan pertanda 'jangan'. Dan yang menjadi jawaban dari Frey hanyalah wajah bingungnya.

Lalu kemudian Raka kembali mengode dengan tangannya. Jarinya menunjuk-nunjuk ke atas. Yang berarti, Frey diperintahkan untuk pergi ke lantai atas.

Tapi ada apa di lantai atas?

"Rooftop."

Begitu ukiran bibir Raka yang berucap.

Seakan memang sudah benar-benar ingin bertemu, Freya lagi-lagi mencoba kabur keluar kamar. Mumpung ayahnya hari ini lembur dan dokter Sekar pun entah di mana, setidaknya Freya bisa pergi ke atas. Hanya ke atas. Tidak keluar area.

Frey berlari kecil melewati tangga darurat, ia enggan menggunakan lift karena beranggapan akan bertemu banyak orang dan memiliki kemungkinan besar akan bertemu sang dokter juga. Jadi ia lebih memilih tangga darurat, karena hanya kemungkinan kecil ada orang yang lewat sana.

Clak!

Frey membuka pintu yang selanjutnya menghubungkan dia dengan hamparan luas rooftop yang terbuka. Ia tersenyum, tepat ketika sorot matanya menangkap lelaki di depan sana.

"Sini," kata Raka, yang sontak membuat Frey menghampiri dirinya.

Frey tersenyum ketika mendapati Raka sudah berada tepat di hadapannya. Ia melihat ke belakang Raka, ada dua gelas minuman bersoda dan satu cup pop corn berukuran lumayan besar.

"Itu...?" ujar Frey sembari menunjuk ke kumpulan makanan di belakang Raka.

Raka tersenyum, dan tanpa izin menggandeng tangan Frey, dan membawanya duduk di atas hamparan rooftop tepat di dekat makanan makanan itu.

"Kita nobar," kata Raka.

"Hah?"

"Beberapa menit lagi filmnya mulai."

Frey benar-benar bingung. Maksudnya apa sih? Begitu setidaknya yang terlintas di pikiran Frey. Tapi entah karena alasan apa. Frey hanya diam. Menerimanya begitu saja. Masa bodo soal film apa sebenarnya yang ingin Raka tunjukkan. Ia tak peduli. Yang penting sekarang Raka ada di dekatnya. Setidaknya kekhawatirannya sejak pagi tadi, terbayar detik ini.

"Lo dari tadi kemana aja?" tanya Frey.

"Ada."

Frey memutar bola matanya. "Iya tau. Maksudnya dimana? Kok tumben nggak ke sini?"

"Kenapa? Kangen ya?"

"Ihh PD."

Raka tertawa kecil melihat respon Frey. Meskipun ia tidak memberitau secara jelas kemana saja ia sedari pagi tadi.

"Nih."

Frey yang duduk sembari memeluk lutut langsung menoleh ke arah Raka yang menyodorkannya satu earphone, sementara satunya lagi sudah bertengger mulus di telinga Raka.

Frey menerimanya, dan langsung memasang benda kecil itu di telinga kanannya.

Lagi, lagi, dan lagi. Suara dentingan piano lembut yang selanjutnya diikuti oleh suara halus seorang pria kembali menggema di telinga Frey. Ia bahkan tau, bahwa ini adalah lagu yang juga Raka putar ketika mereka berdua bertemu di rooftop.

You came into the picture like a natural.

You're unexpected got me spiritual.

Lihat selengkapnya