11 Desember, 2019
Jam setengah delapan pagi. Seperti biasa Frey berdiam diri di kamar inapnya, dengan Spongebob sebagai teman dan potongan buah kiwi yang bahkan sama sekali belum ia sentuh. Sengaja, untuk dimakan bersama Raka nantinya.
Tok! Tok! Tok!
Frey hanya menoleh ke arah pintu ketika suara ketukan itu terdengar amat jelas di telinganya. Satu yang ia harap akan ia lihat sepersekian detik berikutnya.
Raka.
Clak!
"Eh, dokter?"
Ekpetasinya buyar. Dokter Sekar lah yang nyatanya hadir di hadapan Frey saat ini.
"Pagi, Frey."
Begitu katanya, sebelum akhirnya dokter muda itu masuk ke dalam kamar Frey tanpa meminta izin lebih dulu.
"Gimana kondisinya?" tanya dokter itu basa-basi.
Frey mengangguk. "Kaya biasa."
Dokter Sekar melirik kesana kemari sekitaran kamar inap Frey, dan fokusnya jatuh pada potongan kiwi di atas piring yang masih sama semenjak pagi tadi ketika diberikan.
"Loh, kiwinya nggak dimakan?" tanya dokter.
"Ehm... nanti."
Dokter Sekar mengangguk mengiyakan. "Aku boleh duduk di sini?" tanyanya kemudian sembari menunjuk sisi ranjang. Dan Frey mengangguk-angguk.
Dokter Sekar tersenyum, dan ambil alih duduk di sisi ranjang. Ia diam sejenak, memandang Frey lekat ke dalam kedua bola matanya.
"Dokter kenapa?" tanya Frey yang bingung sekaligus takut.
Dokter Sekar hela napas. "Aku mau tanya."
"Apa, dok?"
"Kamu..." dokter Sekar ambil jeda, membuat Frey semakin bingung. "Kamu lagi jatuh cinta ya?"
Frey tertegun. "Hah?"
Dokter itu tersenyum penuh teka-teki, masih memandang Frey lekat dengan kedua matanya.
"Aku perhatiin, setiap kali kamu mau pergi keluar, kamu selalu keliatan kelewat bahagia. Awalnya aku percaya kalo mungkin emang kamu bakal ketemu temen-temen satu SMA kamu, tapi kayanya semakin kesini, sikapmu semakin bisa aku baca," ujarnya.
Frey menunduk, malu.