Tidak Ada Salju Di Sini

Aryasuta
Chapter #24

Salju Tokyo - Potongan 5

Mereka berjalan dalam diam di trotoar yang sepi. Malam Tokyo yang dingin terasa lebih dingin lagi setelah konfrontasi halus dengan Martha. Rahmat berjalan di samping Lea, langkahnya selaras dengan langkahnya, sesekali tangan mereka bersentuhan dalam sentuhan singkat yang menghangatkan di tengah udara beku.

"Aku minta maaf tentang mamaku," kata Lea akhirnya. "Dia bisa sangat... langsung."

"Tidak perlu minta maaf," jawab Rahmat. "Dia hanya mengkhawatirkanmu. Dan dia mengangkat poin-poin valid."

"Tentang kita?"

"Ya. Tentang tantangan dalam hubungan seperti... apa pun ini." Rahmat berhenti, menatap Lea. "Kita belum benar-benar membicarakannya, bukan? Tentang apa yang sedang terjadi di antara kita."

Lea menghela napas, uap putih keluar dari mulutnya seperti manifestasi fisik dari pikiran-pikiran yang selama ini tertahan. "Tidak, belum."

Mereka melanjutkan berjalan, mendekati sebuah taman kecil dengan bangku-bangku yang kosong. Tanpa kata, keduanya sepakat untuk duduk, menghadap kolam air mancur yang telah dimatikan untuk musim dingin.

"Jadi, apa yang sedang terjadi di antara kita, Lea?" tanya Rahmat, suaranya lembut namun jelas di keheningan malam.

Lea menatap tangannya sendiri, mencari kata-kata yang tepat. "Aku tidak tahu. Ini tidak seperti persamaan yang bisa kupecahkan atau model yang bisa kuprediksi."

"Mungkin itulah masalahnya," kata Rahmat tersenyum tipis. "Kau terbiasa dengan kepastian, dengan pola-pola yang dapat diprediksi. Dan ini—kita—adalah variabel yang tidak terkendali."

"Ya," gumam Lea mengangguk. "Tapi aku tetap merasakannya. Ini... menarik, dan menakutkan pada saat yang sama."

"Karena perbedaan agama kita?"

"Itu salah satunya. Tapi juga karena kita berasal dari dunia yang berbeda, Rahmat. Kau fotografer yang berpindah-pindah, aku ilmuwan yang menetap di lab. Kau bekerja dengan emosi dan intuisi, aku dengan data dan analisis. Kau memiliki keluarga besar dan tradisi kuat di Indonesia, aku hanya punya mamaku di sini. Dan ya, juga karena kau Muslim dan aku... well, secara teoritis Kristen."

"Secara teoritis?"

"Aku tidak sereligius mamaku," aku Lea. "Sulit bagiku untuk menerima konsep iman tanpa bukti. Tapi aku menghormati tradisi, dan aku paham pentingnya bagi sebagian orang."

Lihat selengkapnya