Tidak Ada Salju Di Sini

Aryasuta
Chapter #25

Dunia Berbeda - Potongan 1

Butiran-butiran salju yang anomali itu, yang tak seharusnya ada di Tokyo musim ini, telah lenyap bagai mimpi di pagi hari. Tak ada jejak pada trotoar, tak ada lapisan tipis pada dedaunan yang tersisa, dan tak ada bukti bahwa keajaiban kecil itu pernah terjadi. Hanya tertinggal dalam memori dua orang yang kini berdiri di sisi berlawanan dari sebuah keputusan.

Lea mematut dirinya di cermin apartemen—tempat yang selama ini menjadi zona aman dalam sistemnya yang teratur. Pantulan wajahnya menatap balik dengan ekspresi yang tak pernah ia lihat sebelumnya: campuran kekhawatiran, antisipasi, dan sesuatu yang menyerupai harapan. Sudah enam bulan sejak pertemuannya dengan Rahmat di Jakarta, tiga bulan sejak ciuman di bawah salju mustahil itu, dan kehidupannya yang dulu presisi kini bergerak dalam pola yang tak terpetakan.

Enam bulan. Waktu yang cukup bagi seorang janin untuk berkembang dari segumpal sel menjadi manusia yang dapat dikenali. Waktu yang cukup bagi banyak spesies untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang drastis. Waktu yang cukup bagi Rahmat untuk meninggalkan jejak permanen dalam rutinitasnya.

"Ini hanya makan malam, Lea," gumamnya pada dirinya sendiri, seolah meyakinkan molekul-molekul di udara di sekitarnya. "Hanya makan malam dengan mama dan… Rahmat."

Ketukan di pintu membuyarkan monolognya. Dua ketukan teratur, satu jeda, lalu satu ketukan lagi… ritme yang telah ia kenali dengan sempurna dalam waktu singkat. Lea merasakan detak jantungnya mengikuti pola itu: dua-satu-satu.

"Masuklah," katanya dengan suara yang terdengar asing di telinga sendiri.

Rahmat masuk dengan aroma subtil dari parfum kayu-kayuan yang selalu ia kenakan, wangi yang kini akrab bagi Lea sebagaimana rumus matematika pengukuran suhu permukaan laut. Ia telah menetap di Tokyo selama tiga bulan, mengambil apartemen sewa tidak jauh dari Universitas Tokyo, memotret kehidupan kota tanpa salju untuk National Geographic, dan perlahan-lahan membangun rutinitas bersama yang terasa seperti pengendapan bertahap koral, menyatu sedikit demi sedikit hingga membentuk fondasi yang kokoh.

Lihat selengkapnya