Tidak Ada Salju Di Sini

Aryasuta
Chapter #26

Dunia Berbeda - Potongan 2

Apartemen Martha telah diubah menjadi benteng tradisi untuk malam ini. Lea bisa merasakannya sejak melangkah masuk, aroma masakan Indonesia yang lebih kuat dari biasanya, foto-foto keluarga yang tampaknya lebih banyak dipajang, dan tentu saja, salib yang terlihat lebih mencolok di dinding utama.

Mario sudah di sana, berdiri dengan postur sempurna di samping jendela, mengenakan setelan abu-abu gelap yang meneriakkan kesuksesan profesional dan kepatuhan pada tradisi. Ia menatap Rahmat dengan pandangan yang Lea kenali—tatapan seorang ilmuwan yang mengamati spesimen baru di bawah mikroskop.

"Jadi ini Rahmat," kata Mario, tanpa basa-basi. "Fotografer dari Indonesia yang bekerja untuk National Geographic."

Bukan pertanyaan, tapi pernyataan, klasifikasi awal dari spesimen yang sedang diamati.

"Senang bertemu denganmu, Mario," jawab Rahmat, mengulurkan tangan dengan ketenangan yang mengagumkan. "Lea sering bercerita tentangmu."

"Benarkah?" Mario menjabat tangan Rahmat dengan genggaman yang, Lea duga, sedikit terlalu erat dari yang diperlukan. "Aku hampir tidak pernah mendengar tentangmu sampai bulan lalu."

"Mario," tegur Martha dari dapur, suaranya lembut namun mengandung peringatan. "Bantu aku membawa hidangan terakhir."

Saat Mario menghilang ke dapur, Rahmat melemparkan senyum pada Lea, senyum yang mengatakan, ini akan menjadi malam yang panjang, tapi kita akan baik-baik saja.

Makan malam dimulai dengan doa dalam cara Kristen yang dipimpin Martha—ritual yang dulu Lea jalani dengan otomatis, kini terasa seperti pernyataan posisi yang halus. Lea mencuri pandang pada Rahmat yang menundukkan kepala dengan hormat, meski tidak mengucapkan amin di akhir doa.

"Jadi, Rahmat," ujar Mario memulai serangan segera setelah sup dihidangkan. "Berapa lama kau akan berada di Tokyo?"

"Awalnya hanya dua minggu untuk proyek," jawab Rahmat tenang. "Tapi National Geographic memperpanjang kontrakku untuk dokumentasi musim dingin di Jepang. Sekarang aku di sini dengan visa enam bulan."

"Ah, visa enam bulan," ulang Mario, mengaduk supnya. "Dan setelah itu?"

Lihat selengkapnya