Tidak Ada Salju Di Sini

Aryasuta
Chapter #33

Dunia Berbeda - Potongan 9

Malam menyelimuti Bandung dengan kelembapan yang berbeda dari Tokyo—lebih hangat, lebih intim. Dari jendela kamar tamu yang disediakan untuknya, Lea bisa melihat lampu-lampu kota berkedip di kejauhan, terhalang sebagian oleh siluet pohon mangga di halaman.

Ia baru saja selesai berbicara dengan mamanya melalui telepon, percakapan pendek yang penuh dengan pertanyaan terselubung dan kekhawatiran yang tidak diungkapkan secara langsung. "Kau baik-baik saja di sana? Keluarganya memperlakukanmu dengan baik? Kapan kau akan pulang?" Lea menjawab semuanya dengan sabar, berusaha meyakinkan mamanya bahwa ia baik-baik saja, bahwa keputusannya untuk datang ke Indonesia adalah tepat.

Suara ketukan lembut di pintu membuyarkan lamunannya. Ia tahu hanya ada satu orang yang akan mengetuk pintunya pada jam seperti ini.

"Masuk," katanya pelan.

Rahmat melangkah masuk dengan hati-hati, menutup pintu di belakangnya. Seperti biasa, kamera tergantung di lehernya—perpanjangan tubuhnya yang tak pernah lepas.

"Sudah berbicara dengan mamamu?" tanyanya, duduk di tepi tempat tidur.

"Ya," jawab Lea, bergabung dengannya. "Dia khawatir, tentu saja. Tapi aku meyakinkannya aku baik-baik saja."

"Dan apakah kau?" tanya Rahmat, matanya mencari mata Lea dalam cahaya temaram dari lampu tidur. "Baik-baik saja, maksudku. Hari ini pasti berat untukmu, bertemu keluargaku, Bunga, Bapak..."

"Aku baik-baik saja," jawab Lea, meraih tangan Rahmat. "Sebenarnya, lebih baik dari yang kukira. Pertemuan dengan ayahmu... tidak seperti yang kukira."

"Aku tahu. Aku juga terkejut." Rahmat menerawang. "Bapak selalu keras dalam prinsipnya. Tapi mungkin, penyakitnya telah memberinya perspektif baru. Atau mungkin... dia hanya ingin melihatku bahagia sebelum..."

Ia tidak menyelesaikan kalimatnya, tapi Lea memahami. Kematian, yang selalu abstrak dalam persamaan ilmiah, tiba-tiba terasa sangat nyata dan dekat, mengintai di sudut-sudut rumah ini.

Lihat selengkapnya