Tidak Ada Salju Di Sini

Aryasuta
Chapter #40

Pendekatan - Potongan 7

Tokyo di musim semi adalah pemandangan yang membuat siapa pun terpana, bahkan mereka yang telah tinggal di sana selama bertahun-tahun. Pohon-pohon sakura bermekaran dengan keindahan yang hampir menyakitkan, merah muda pucat melawan langit biru, kelopak-kelopak yang jatuh seperti hujan lembut yang mengubah jalanan menjadi karpet kelopak yang bergerak tertiup angin.

Pernikahan Lea dan Rahmat berlangsung di sebuah taman kecil di Shinjuku Gyoen, di bawah pohon sakura yang sedang mekar penuh. Mereka memilih upacara sederhana, dengan hanya beberapa tamu yang hadir, Martha yang datang dengan wajah bercampur antara kebanggaan dan kekhawatiran; Sarah yang matanya berbinar melihat sakura pertamanya; Profesor Watanabe yang berdiri dengan postur tegap meski usianya tidak lagi muda; Diana Fiberta dari National Geographic yang datang khusus dari New York; dan beberapa kolega dekat dari universitas dan dunia fotografi.

Dalam upacara yang dirancang dengan hati-hati untuk menghormati kedua tradisi, seorang pendeta Jepang progresif membacakan doa pemberkatan, diikuti oleh Paman Ridwan, yang mengejutkan semua orang dengan keputusannya untuk datang ke Tokyo, membacakan doa dalam bahasa Arab yang menenangkan.

Lea mengenakan kimono putih sederhana dengan obi berwarna hijau yang senada dengan batu cincin pertunangannya, sementara Rahmat mengenakan jas hitam dengan dasi yang sewarna. Kontras yang harmonis, perbedaan yang menemukan keserasian.

"Dengan ini," kata pendeta dalam bahasa Jepang yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Sarah. "Kalian berdua telah menyatukan hidup dalam ikatan pernikahan. Semoga cinta menjadi penuntun dalam perjalanan kalian bersama."

Saat Rahmat mencium Lea, kelopak sakura jatuh di sekitar mereka seperti salju merah muda, mungkin bukan salju sungguhan yang Lea teliti, dalam cara yang aneh, terasa seperti jawaban alam atas anomali salju yang mengawali kisah mereka.

Resepsi berlangsung di sebuah ruangan kecil namun elegan di dekat taman. Meja-meja diatur melingkar, dengan bunga sakura dan foto-foto karya Rahmat sebagai dekorasi, foto-foto yang menceritakan sebuah narasi tentang iklim yang berubah, tentang manusia yang beradaptasi, dan tentang cinta yang tumbuh di tengah perbedaan.

Di tengah-tengah resepsi, tampak sosok tak terduga di ambang pintu, Daniel Hartono, dengan setelan rapi dan ekspresi yang sulit dibaca.

"Aku terkejut kau datang," kata Lea saat Daniel mendekati mereka dengan segelas sampanye di tangan. "Aku tidak yakin apakah kau menerima undangan kami."

"Diana memberitahuku," jawab Daniel, melirik ke arah Diana yang sedang bercakap dengan Profesor Watanabe. "Aku kebetulan ada di Tokyo untuk konferensi." Ia mengalihkan pandangan pada Rahmat, mengulurkan tangannya. "Selamat, Rahmat. Kau mendapatkan ilmuwan yang luar biasa."

"Terima kasih," jawab Rahmat, menjabat tangan Daniel dengan hangat meski ada kewaspadaan di matanya. "Kau sendirian?"

"Ya, Bunga tidak bisa ikut. Dia ada pemotretan penting di Bali." Daniel tersenyum tipis. "Tapi dia menitipkan salam dan doa untuk kalian."

"Kalian masih... berhubungan?" tanya Lea, tidak bisa menahan rasa penasarannya.

"Kami berteman," jawab Daniel, tersenyum misterius. "Siapa yang tahu ke mana pertemanan itu akan berlanjut."

Lea dan Rahmat bertukar pandang sekilas, keduanya memikirkan hal yang sama, bagaimana takdir kadang bekerja dengan cara yang tak terduga, menyatukan orang-orang dalam koneksi yang tak pernah mereka bayangkan sebelumnya.

"Aku harus mengakui," lanjut Daniel, nadanya kini lebih serius. "Aku awalnya skeptis tentang hubungan kalian. Sebagai sesama ilmuwan, Lea, aku mengira kau akan memilih jalan yang lebih... pasti."

"Terkadang data yang paling berharga datang dari anomali, Daniel," jawab Lea tenang. "Dari pola-pola yang menyimpang dari ekspektasi."

Daniel mengangguk, seolah menerima kebijaksanaan dalam kata-kata tersebut. "Well, semoga kalian membuktikan bahwa skeptisisme saya keliru." Ia mengangkat gelasnya. "Untuk pernikahan yang bahagia dan langgeng."

Lihat selengkapnya