Tidak Ada Salju Di Sini

Aryasuta
Chapter #42

Kembali - Potongan 1

Bayangan itu hadir lagi, samar, terbentuk dari kabut pagi Tokyo; seraut wajah mungil dengan mata yang belum diketahui warnanya, milik siapa? Lea menggenggam erat hasil tes kehamilan dalam jemarinya, plastik putih itu terasa dingin dan tak nyata, meski dua garis merah di permukaannya begitu definitif. Kehidupan terbentuk dalam dirinya. Sebuah anomali baru; pertemuan dua dunia yang berjauhan. Sebuah manifestasi, bukti hidup dari keputusan yang baru saja mereka ambil.

"Kita akan ke dokter hari ini," kata Rahmat, tangannya dengan lembut merayap di punggung Lea, membentuk lingkaran-lingkaran menenangkan. Matanya tidak melepaskan pandangan dari perut Lea yang masih datar, seolah berusaha menembus lapisan kulit, otot, dan darah untuk menatap kehidupan mikro yang baru dimulai. "Dokter Konosuke adalah spesialis terbaik di Tokyo. Dia menangani banyak kasus kehamilan risiko tinggi."

"Risiko tinggi?" Lea mengerjap. Frasa itu menempel pada kesadarannya, keras dan tak terbantahkan. Ia menatap kertas rujukan dari dokter umum yang digenggam Rahmat. Sejak kapan kehamilan berubah menjadi masalah risiko tinggi? Apakah tubuhnya memang tidak dirancang untuk ini?

"Hanya pencegahan," yakin Rahmat, tapi ada sesuatu dalam nadanya, getaran kecil, keraguan halus, yang tidak luput dari telinga Lea. "Usiamu, tekanan darahmu yang cenderung rendah, dan sejarah keluarga dengan masalah kehamilan. Dokter hanya ingin memastikan semuanya berjalan dengan baik."

Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, Tokyo bergerak dalam keheningan yang familier—efisien, teratur, dan tak acuh. Kereta meluncur di atas rel dengan presisi yang selalu dihargai Lea; orang-orang bergerak dengan tujuan yang jelas; semua berada di tempatnya. Namun kini, dunia yang teratur itu mulai terasa seperti ilusi. Karena di dalam dirinya, sebuah kekacauan yang indah sedang berlangsung, sel-sel membelah dan menyusun diri, menciptakan pola baru yang belum pernah ada sebelumnya.

Dokter Konosuke bukan pria yang bisa dikatakan hangat, tapi matanya memancarkan kebijaksanaan yang menenangkan. Ruangannya steril dan terorganisir, layar-layar komputer menampilkan grafik dan data yang mengingatkan Lea pada laboratoriumnya sendiri. Sebuah meja periksa, lampu pemeriksaan, dan mesin USG yang menunggu untuk mengungkap misteri.

"Rushd-san, selamat atas kehamilannya," mulai Dokter Konosuke, suaranya datar dengan rasa hormat. "Berdasarkan pemeriksaan awal, Anda sedang dalam minggu keenam kehamilan."

Enam minggu, waktu yang cukup bagi sel telur yang telah dibuahi untuk berkembang dari segumpal sel menjadi embrio dengan detak jantung primitif. Waktu yang cukup bagi Lea untuk merasakan perubahan-perubahan halus dalam tubuhnya, kelelahan yang tak biasa, sensitifitas terhadap bau tertentu, dan rasa mual di pagi hari yang menyerangnya seperti ombak tak terduga.

"Namun, ada beberapa hal yang perlu kita waspadai," lanjut dokter, jarinya dengan efisien mengetuk keyboard, memunculkan hasil tes darah Lea di layar. "Kadar hemoglobin Anda sedikit di bawah normal, tekanan darah Anda cenderung rendah, dan ada riwayat preeklampsia dari ibu Anda."

"Mama saya?" Lea mengerutkan dahi. "Bagaimana Anda…"

Lihat selengkapnya