Minggu-minggu berlalu dengan kecepatan yang aneh, kadang terasa sangat lambat, terutama di pagi hari saat mual paling parah; kadang terasa seperti meluncur terlalu cepat, terutama saat malam tiba dan kekhawatiran tentang masa depan merayap masuk dalam pikiran Lea. Tubuhnya mulai menunjukkan perubahan halus, perutnya sedikit membuncit, payudaranya lebih sensitif, dan ia mendapati dirinya sering kelelahan di tengah hari.
Hubungannya dengan Rahmat pun berubah dalam cara-cara halus. Rahmat menjadi semakin protektif, selalu memastikan Lea makan dengan baik, istirahat cukup, dan tidak terlalu memaksakan diri di laboratorium. Awalnya Lea menikmati perhatian ekstra ini, tapi semakin lama, ia mulai merasa seperti pasien daripada istri.
"Aku masih bisa mengangkat tas laptopku sendiri, Rahmat," katanya suatu pagi, sedikit kesal saat Rahmat bersikeras membawakan tasnya. "Aku hamil, bukan lumpuh."
"Dokter bilang kau perlu menghindari mengangkat beban berat," balas Rahmat, keras kepala. "Tas itu berat."
"Ini hanya laptop dan beberapa buku, bukan barbel," desah Lea, tapi menyerah dan membiarkan Rahmat membawa tasnya.
Namun, perubahan paling besar terjadi dalam dirinya sendiri, perubahan yang tak terduga dan sulit ia jelaskan bahkan pada dirinya sendiri. Ia mendapati dirinya menjadi lebih sensitif terhadap aspek-aspek keagamaan Rahmat. Sebelumnya, ia tak pernah merasa terganggu melihat Rahmat melakukan shalat lima waktu, atau puasa Senin-Kamis yang kadang ia lakukan. Ia bahkan mengagumi dedikasi Rahmat terhadap imannya. Namun sekarang, setiap kali Rahmat menggelar sajadahnya, setiap kali ia mendengar bisikan doanya dalam bahasa Arab, sebuah kegelisahan aneh mengambang dalam dirinya.
Seperti inikah anakku nanti akan beribadah? Dalam bahasa yang tak kupahami, dengan gerakan yang asing bagiku? Akankah ia juga melihatku sebagai orang luar dalam aspek ini?
Pikiran-pikiran ini datang tanpa diundang, mengganggu konsentrasinya di laboratorium, menghantui di malam hari. Semakin ia berusaha menepisnya, semakin kuat pikiran-pikiran itu bertahan.