Tidak Ada Salju Di Sini

Aryasuta
Chapter #46

Kembali - Potongan 5

"Apa itu?" Lea bertanya, menatap amplop putih di tangan Rahmat dengan campuran rasa penasaran dan waspada.

"Surat dari ayahku," jawab Rahmat, jarinya menelusuri tepian amplop dengan hati-hati, seolah itu adalah artefak kuno yang rapuh. "Dikirim melalui pos biasa, bukan email. Cara lama."

Mereka duduk di meja makan kecil apartemen mereka, sisa-sisa sarapan masih tergeletak, roti panggang setengah dimakan Lea, mual pagi membuatnya sulit menghabiskan makanan, dan secangkir teh yang mulai dingin. Pagi Tokyo yang kelabu mengintip dari jendela, awan rendah berjanji akan hujan di kemudian hari.

"Kau tidak membukanya?" dorong Lea lembut.

"Aku takut apa yang akan dikatakannya," aku Rahmat, matanya tidak meninggalkan amplop. "Ini adalah respons pertamanya sejak aku memberitahu tentang kehamilanmu."

Lea meraih tangan Rahmat yang bebas, meremasnya dengan lembut. "Kita akan menghadapinya bersama."

Dengan gerakan perlahan, Rahmat membuka amplop dan mengeluarkan beberapa lembar kertas yang dilipat rapi. Tulisan tangan Abi Sina—tegak, tegas, dan presisi—memenuhi halaman dengan tinta hitam. Bahasa Indonesia yang tidak bisa Lea baca sepenuhnya, tapi ia bisa merasakan beratnya dari ekspresi Rahmat yang berubah saat membaca.

"Apa katanya?" tanya Lea setelah beberapa menit berlalu dalam keheningan.

Rahmat melipat kembali surat itu dengan hati-hati. "Dia memberi selamat atas berita kehamilan," katanya pelan. "Dia mendoakan kesehatan untukmu dan bayi kita."

"Itu bagus, bukan?" Lea tersenyum, lega.

"Ya, tapi kemudian dia menanyakan beberapa hal," lanjut Rahmat, matanya masih terpaku pada amplop. "Tentang nama yang akan kita berikan. Dia mengusulkan nama-nama Islam yang memiliki arti baik. Tentang pendidikan agama anak kita. Tentang rencana akikah, upacara penyambutan bayi dalam tradisi Islam."

Lihat selengkapnya