Tidak Apa-apa Tidak Sempurna

Ravistara
Chapter #2

Ambigu


Raina, tolong dipikir baik-baik. Ibu sudah bicara sama pamanmu di Batola. Untuk kebaikan kamu. Kata Paman, kamu honorer dulu di sana, biar nanti bisa diangkat jadi CPNS. Lepaskan tawaran magang tidak jelas itu! Jangan sampai kamu menyesal.”

Raina menggeleng. Bosan karena topik itu saja yang ibunya bicarakan setiap kali menelepon. Raina harus kerja ini setelah lulus. Raina harus PNS dulu sebelum menikah. Raina harus begini, begitu, seolah-olah dia tidak berhak untuk menentukan hidupnya sendiri. Raina bukan anak kecil lagi. Dia sudah 24, saatnya mandiri. Raina sudah ….

“Babi.”

Raina menoleh untuk mencari tahu siapa yang baru saja berkata demikian seolah menimpali isi kepalanya. Kurang ajar betul. 

Ketika sadar orang itu adalah sang kepala HRD, Raina terdiam. Pak Anugerah memang tidak menyukainya sejak pertemuan pertama. Namun, bukan sebab itu saja. Aroma gurih lemper yang masih hangat bercampur kesegaran jeruk yang datang entah dari mana membuainya untuk sesaat hingga lambat bereaksi.

“Apa, Pak?” 

“Lemper yang kamu pegang itu, isinya babi. Kamu mau makan itu?”

Sialan, eh, astagfirullah. Segera Raina lempar kudapan tersebut ke piring. Pak Anugerah mengamati dengan tatapan mencela seakan Raina baru saja melakukan kesalahan, lalu lelaki itu beringsut ke seberang meja. 

“Pak, tahu dari mana?” Raina terdorong untuk mengikuti. Raut wajahnya masih dilanda kebingungan hanya karena satu kata benda tadi.

“Saya biasa makan, kok. Kesukaan Dokter Kartika tiap kali ada acara klinik.” Lelaki itu menjawab datar, tetapi efeknya terasa membakar di lidah Raina. Gadis itu menelan ludah dengan mata terbelalak untuk meredakan keterkejutan. Namun, Raina jadi curiga ketika melirik piring di tangan Pak Anugerah yang penuh lemper. Bisa saja itu cuma akal-akalan untuk berebut makanan dengannya. Bisa saja urusan lemper ini menjadi panjang jika diskusi mereka berlanjut ke ruang HRD. 

Lihat selengkapnya