Tidak Apa-apa Tidak Sempurna

Ravistara
Chapter #10

Kebetulan

Pintu di hadapannya tertutup rapat. Raina tahu bahwa sia-sia saja jika dia berlama-lama berdiri di depan kamar Elly tanpa melakukan sesuatu. Para penghuni lain pun sudah menaruh curiga padanya, kalau-kalau dia punya niat jahat. Raina nyaris membatalkan tekadnya ingin bertemu Elly, apalagi mengingat hubungan mereka sedang tidak mulus, tetapi ada hal mendesak. Raina bahkan ragu bisa tidur malam itu jika tidak bicara secepatnya.

Knop pintu berdetak kencang, tetapi tidak sekencang detak jantung Raina saat benda itu mendadak terbuka. “Udah siap aja. Enggak sabar lagi, ya, Man?” Elly muncul dengan rambut masih digulung dengan catok. Dia terkesiap tatkala mendapati keberadaan Raina, bukannya sosok Amanda yang ditunggu-tunggu.

“El,” sapa Raina kaku. Dari gelagatnya, Raina sadar bahwa Elly sedang berbenah, mungkin ingin pergi keluar. Sosoknya pasti tidak diharapkan muncul saat itu. Namun, Raina benar-benar butuh Elly. 

“Ada apa, Rain?” Elly tampaknya tidak berminat untuk mengajaknya masuk. Raina sama sekali tidak keberatan karena dia hanya butuh waktu sebentar.

Sorry, ganggu kamu bentar. Aku mau tanya sesuatu.”

“Iya, ada apa?” 

“Kamu, ‘kan, lebih dulu di klinik daripada aku. Kamu pasti sudah hafal sama orang-orang klinik–” bibir penuh Elly terbuka mencoba menerka arah obrolan Raina, “jadi, kamu tahu enggak Pak Anugerah itu agamanya apa?” Bukan tanpa alasan Raina memercayai Elly sebagai tempat bertanya. Elly juga seorang muslimah, kaum minoritas di klinik tempat mereka magang. Akan terlalu berisiko jika dia bertanya dengan salah satu beautician atau karyawan front desk di sana. Namun, mulut Elly hanya terbuka semenjak tadi seakan isi kepalanya kosong. Ketika mendengar suara Amanda di balik punggung, Raina pun tahu bahwa waktunya telah habis.

“Aku enggak tahu, Rain.” Elly melepas catok dan segera mengambil tas dari dalam kamar, lalu menghampiri Amanda. Elly tidak berusaha menjelaskan isi pembicaraan mereka tadi pada Amanda yang tampak penasaran. “Dokter Petra sudah menunggu,” pungkasnya. 

Dokter Petra, mereka pasti sudah janjian untuk jalan bareng, dan tidak mau repot-repot mengajak Raina, tetapi gadis itu tidak peduli karena dia memang berada di luar pertemanan mereka. Sebisa mungkin, Raina ingin menghindari lelaki itu di luar pekerjaan, sekalipun turut berdampak pada hubungannya dengan yang lain. 

Setelah kembali ke kamarnya di lantai dua, mendadak Raina merasa bodoh. Elly pasti merasa aneh dengan keingintahuannya tentang Pak Anugerah. Bagaimana jika Elly membahasnya diam-diam bersama Amanda atau bahkan Dokter Petra? Raina pun tidak yakin kenapa dia ingin sekali tahu jawaban dari pertanyaannya sendiri. 

***

Sebut saja dia impulsif. Raina benar-benar tidak bisa tidur selepas Isya meskipun raganya lelah. Terlalu banyak misteri yang berputar di kepala hingga dia butuh solusi sejenak untuk melupakannya. 

Lihat selengkapnya