Tidak Apa-apa Tidak Sempurna

Ravistara
Chapter #20

Resah

“Dokter Raina.” Ibu Lilian menyapa dengan canggung. “Dokter jangan ke sana, ya. Di sini saja.”

“Loh, kenapa? Ibu Lilian ngapain di sini?” kejar Raina takjub. Melihat seseorang dari HRD ada di tempat ini saja sudah membuat darahnya berdesir tidak keruan. Apalagi membayangkan kemungkinan Pak Anugerah juga hadir. Raina mulai celingak-celinguk menelusuri setiap sudut jalan masuk yang masih dipenuhi orang. Keramaian kini berpindah ke bagian dalam lobi yang ditata dengan gorden-gorden menyentuh lantai dan rangkaian mawar pink segar memenuhi salah satu dinding. Dokter Kartika sedang beramah-tamah dengan semua orang di sana. Pak Anugerah biasa menempeli perempuan itu, tetapi kali ini tidak terlihat batang hidungnya. Aneh.

“Dokter sudah dengar kabar dari klinik Darmo?” tanya Ibu Lilian hingga berhasil mengembalikan perhatian Raina. 

“Kabar apa, Bu?” Raina penasaran. Hatinya mendadak disergap rasa tidak nyaman. 

“Pak Gege. Dokter Kartika memberinya peringatan keras. Saat ini, Pak Gege sedang dirumahkan.”

“Memangnya, ada apa dengan Pak Anugerah?” tanya Raina panik. Dia tidak peduli meskipun Ibu Lilian menangkap keganjilan reaksinya barusan. Ibu Lilian pun menjawab dengan mata tidak berkedip dan terfokus pada wajah Raina. 

“Pak Gege mempersingkat waktu training Dokter Raina secara sepihak. Semua dokter trainee angkatan Dokter Raina juga sekarang dikirim ke cabang di Malang dan Kediri. Makanya, Dokter Kartika marah besar.”

Raina terperanjat hingga sulit bernapas. Ketegangan langsung menguasainya tatkala mendengar penjelasan Ibu Lilian. Dia gagal memperoleh kabar sesuai harapannya yang melambung tinggi ke awan. Sebaliknya, Raina bagai sedang jatuh bebas dari ketinggian. Dia tidak tahu kapan untuk mendarat sampai Ibu Lilian pamit karena takut ketahuan bicara terlalu lama dengannya. 

“Sabar, ya, Dok.” Ibu Lilian menepuk punggungnya. Raina tidak tahu untuk apa arti ucapan berduka tersebut. Bukankah kesempatan untuk pulang kampung lebih cepat justru adalah hal yang patut Raina syukuri? Kata-kata penutup Ibu Lilian malah terdengar bagai misteri. Namun, yang pasti, di sisa hari itu, Raina membunyikan sebuah peringatan keras dalam dirinya agar tidak dekat-dekat dengan Dokter Kartika. Jika perempuan itu saja tega berbuat sesuatu pada orang kepercayaannya, maka Raina tidak mampu membayangkan jika itu adalah dirinya. 

Misteri itu baru terjawab sebagian saat Raina salat di musala–lagi-lagi di lantai tiga–yang lebih mirip bilik perawatan kosong. Menurut rumor para beautician, tempat itu angker sehingga jarang dipakai dan akhirnya dialihfungsikan menjadi musala. Maka, tidak heran jika Raina merinding sejak tadi, walaupun dia berusaha keras untuk tidak memikirkan. Karena itulah, tidak ada yang sama sekali akan memergoki jika Raina menelepon salah satu rekannya, Yenni. Dia harus mencari tahu versi lain dari saksi mata peristiwa di klinik Darmo. Raina harap, Yenni sudah tidak marah lagi terhadapnya–tanpa alasan itu pun, mereka berdua sebetulnya tidak punya masalah pribadi.

Lihat selengkapnya