Tidak Apa-apa Tidak Sempurna

Ravistara
Chapter #25

Tegar

Raina tahu bahwa nasib seseorang diganjar sesuai amal perbuatannya. Ada karma yang dibalas langsung di dunia, tetapi dia baru menyadari kesalahannya hingga hari ini. Setiap kali memeriksa stok bahan perawatan di gudang, Raina sakit kepala. Gadis itu memandang nanar pada setumpuk paket perawatan yang sebentar lagi akan kedaluwarsa. Stok bahan itu sudah ada di sana sebelum Raina datang. Berapa kali pun Raina mencoba menawarkannya kepada klien, tampaknya tidak ada yang tertarik karena dianggap terlalu mahal. Padahal, Raina bisa menawarkannya dengan mudah kepada calon pelanggan di Surabaya. 

Kepalanya makin pening karena sang owner ingin dia menjual semua bahan tersebut sampai habis. “Sekalipun kamu harus membelinya dengan gajimu sendiri, Dok!” paksa perempuan paruh baya yang masih cantik dan berhasil mencurangi usianya hingga tampak satu dekade lebih muda. Sang owner sendiri sudah beberapa kali menggunakannya. Jika Raina tidak berhasil mengosongkan sisa stok di gudang, bukan tidak mungkin bakal ada rencana B untuk mencampurnya dalam paket perawatan lain yang masa pakainya masih lama. 

Memprihatinkan. Semenjak hari pertama, Raina merasa tidak nyaman menemukan fakta bahwa standar pelayanan di klinik tempat dia bekerja sekarang tidak sesuai dengan klinik pusat di Surabaya. Kesenjangannya sungguh mencolok bagai membandingkan antara batangan emas dan besi karatan. Sebabnya, Raina terbiasa dilatih dalam kondisi ideal. Bahkan, dua orang beautician yang bekerja lebih dulu pun mengaku jika mereka seringkali diancam untuk diam. Kalau sang owner menangkap basah keduanya mengadu ke Surabaya, maka mereka akan dipulangkan tanpa pesangon dan biaya transportasi. Nah, beautician-beautician itu digaji pas-pasan. Untuk makan sehari-hari pun mereka mesti berhemat mati-matian. Maka, bukan tidak mungkin Raina akan bernasib sama jika mengecewakan sang owner, meskipun jenis ancamannya berbeda. 

Raina merasa bahwa dia tidak boleh diam saja. Dia hanya perlu memikirkan cara yang tepat untuk mengatasi masalah ini. Jika tidak ada itikad baik dari sang owner untuk mendengarkan pendapatnya, maka dengan terpaksa Raina akan menempuh cara ekstrem. Itu pun kalau dia masih punya muka untuk meminta bantuan HRD pusat, terutama dari Pak Anugerah. Mungkin, hanya lelaki itu satu-satunya yang bisa Raina harapkan. 

Akan tetapi, ada satu masalah dan untuk memecahkannya, Raina perlu menjalin komunikasi dengan rekannya yang sudah lama tidak bertukar kabar. Yenni pun terkejut ketika menerima teleponnya suatu malam. Sengaja Raina pilih waktu di luar jam kerja agar leluasa. Juga untuk menjauhkan telinga-telinga yang tidak diinginkan dari mendengar percakapan mereka. 

Rekannya ditimpa syok ketika mengetahui skandal tersebut. “Parah betul!” ujar Yenni. Bola mata gadis itu seakan ingin mencelat keluar. “Rain, kamu harus melaporkan ini ke pusat.”

“Itulah, Mbak. Tapi, aku takut menyeret dan membahayakan karyawan lain,” aku Raina ragu. “Selain itu, aku juga enggak tahu mesti lapor ke mana. Apakah cukup kirim surel ke HRD atau Dokter Carissa?”

“Ya, laporin langsung ke Pak Gege, dong, Rain!” omel Yenni gemas akan sikap Raina yang berbelit-belit. Namun, gadis itu lantas menutup mulutnya setelah tersadar akan satu hal, antara Raina dan Pak Anugerah pernah terjadi sesuatu yang membuat hubungan keduanya jadi sulit.

“Pak Anugerah masih kerja di sana?” tanya Raina hati-hati. 

“Ya masih, lah! Kamu pikir dia ke mana? Dia masih bolak-balik antara Darmo dan pusat!” Suara Yenni kembali meninggi. “Rain. Aku enggak tahu, ya, segimana parah masalah kamu dan Pak Anugerah, tapi kamu juga jangan kudet begitu, dong. Kamu harus selalu berkomunikasi dengan Surabaya. Kalau kamu jalan sendiri kayak gini, risikonya kamu tanggung sendiri.”

“Iya, Mbak Yen. Aku tahu.” Raina takkalah gusar. “Aku cuma butuh waktu dan mengumpulkan bukti yang cukup juga agar enggak asal-asalan kasih laporan. Kalau owner-ku pandai bersandiwara dengan menutup-nutupinya dari pusat, aku juga nanti yang bakal kena bumerang. Masalah ini sudah lama, lho, tapi enggak ketahuan sampai sekarang. Artinya, dia licik, ‘kan?”

Lihat selengkapnya