Kaaaak … Kaaakk … Kaaakk …Kaaaak …
Suara burung Gagak di malam hari, langkah kaki seorang pemuda kampung berjalan menelusuri sebuah batas hutan di perkampungan dengan tergesa-gesa tampak dari jauh sosok yang samar-samar dia kenal dan Pemuda itu pun mendekati dan melihatnya nya lalu sebuah Suara wanita terdengar dengan sangat ketakutan.
"Akhirnya kamu datang, cukup lama aku menunggumu disini, lihat apa yang telah mereka lakukan Kepadaku…Kau Lihat? Tolong Bawa Aku Pulang? Kumohon ! Anjar!" teriaknya.
"Ah ... ah... hosh ... hosh..." Dengan nafas terengah-engah pemuda yang bernama Anjar itu rupanya bermimpi, dia melihat jam di dinding menunjukkan pukul 2 pagi.
"Aku terbangun karena mimpi buruk dan tidak bisa tidur lagi," pikirnya Ajar sambil mencoba bangun dari tempat tidurnya, Anjar pun duduk dan beranjak dari tempat tidurnya namun bayangan Wajah Sari membuatnya uring-uringan dikamar karena dia membayangkan wajah Sari yang sedang membutuhkan pertolongan di kota.
"Astaghfirullah al azim… Aku harus bergegas ke kota besok mimpi ini pertanda Sari dalam bahaya di sana," ucapnya lagi sambil merenungkan lagi mimpi yang baru saja di alaminya.
Kakek dan Nenek yang ikut terbangun mendengar suara keras dari Anjar yang terbangun dari mimpinya, Kakek dan Nenek mengetuk pintu kamar Anjar dan menanyakan apa yang terjadi.
Tok ... Tok ... Tok ...
"Anjar kau tidak apa-apa cucuku?" tanya Kakeknya Anjar yang cemas dengan cucu kesayangannya.
Sambil membuka pintu kamarnya Anjar dengan badan basah penuh keringat Anjar keluar dari kamar dan menceritakan mimpi yang baru saja yang dia alami kepada Kakek dan Neneknya.
"Kek, Nek, Ijinkan aku ke kota besok aku akan mencari keberadaan Sari disana," jelas Anjar.
Kakek dan Neneknya terkejut karena sudah lama Anajr tinggal bersama mereka di kampung, semenjak kedua orang tua Anjar meninggal karena kecelakaan dan hanya Anjar yang selamat.
"Anjar kau yakin dengan keputusanmu, bukannya Sari berangkat ke kota mencari pekerjaan disana," ucap Neneknya.
"Iya nek aku sangat yakin akan menyusul Sari kesana," kata Anjar.
"Anjar kamu menjadi kepikiran setelah mendapatkan kabar dari kedua orang tua sari melalui surat dari temannya yang di kota tadi sore kan," kata Neneknya.
"Firasatku buruk Nek, Kek, Aku harus kesana dan melihat kondisi Sari disana, Sari sudah pernah mengirimi aku alamatnya lewat WA kalau terjadi apa-apa," jelas Anjar kepada Nenek dan Kakeknya.
"Berhati-hatilah Anjar di kota banyak kejahatan yang tidak terduga kau harus menjaga emosimu dan jangan terpancing dengan masalah yang kau hadapi kakek memahami sifat emosimu itu cucuku selalu istighfar kepada Allah semoga dengan lindungannya kau dapat menemukan Sari," jelas Kakeknya.
"Aku akan berhati-hati Kek, Nek, sekarang aku akan bersiap selepas subuh aku akan berangkat naik mobil travel yang menuju kota," kata Anjar.
"Cepatlah pulang Anjar kalau kau sudah bertemu dengan Sari Kakek dan Nenek sudah mengambil keputusan akan menikahkan kalian berdua, dia akan menjadi calon istri yang baik untukmu nanti, ini uang simpanan kakek dan nenek pergunakan seperlunya ketika kau sudah sampai di kota ingat peternakan ayam dan kebun milik kakekmu ini tidak ada yang mengurusnya kalau kau pergi terlalu lama," jelas Nenek Anjar.
"Baiklah Nek, Kek," dengan tersenyum Anjar bahagia melihat Kakek dan Neneknya yang merestui hubungannya dengan Sari.
Kakek dan Neneknya juga khawatir dengan Anjar cucu satu-satunya, namun mereka yakin berbekal ilmu bela diri dan kemampuan pemberian tuhan serta uang yang mereka berikan ke Anjar cukup untuk mencari keberadaan Sari calon Istrinya itu.
"Kamu bawa gelang itu Anjar," ucap Kakeknya.
"Tapi kek, Apakah Jin Purwaksa mau ke kota?" tanyanya.
"Dia Jin dan selalu tidur di dalam gelang itu namun jika kamu membutuhkan bantuannya dia pasti akan menolongmu karena itu dia ikut bersama kita semenjak dari jaman kakek buyutmu dulu bawalah selalu di dalam tasmu kalau tidak kamu pergunakan paling tidak kamu simpan dan jaga baik-baik," jelas Kakeknya dipagi hari dengan jam menunjukkan pukul tiga pagi.
Pagi harinya setelah sholat subuh dan berjalan ke arah tempat travel dikampungnya Anjar berangkat menaiki kendaraan mobil travel yang berangkat dari kampung ke kota perjalanan hampir empat jam lebih itu membuat Anjar terlelap karena kurang tidur semalam sampai akhirnya si sopir membangunkannya karena siang itu mereka sudah tiba di kota.
"Den, Kita sudah hampir sampai di kota," ucap Sopir mobil travel itu.
Dengan membuka matanya Anjar telah tiba di salah satu pasar dekat alamat Sari berada Anjar tidak sabar ingin bertemu dengan Sari rindunya sudah tak dapat berkata-kata lagi.
"Aku sudah disini Sari bersabarlah, Akan kubawa kau pulang kembali ke kampung," pikir Anjar.
"Inikah Kota berbeda sekali ketika aku masih kecil, Kota sekarang sudah banyak gedung tinggi dan pasar yang ramai," pikir Anjar.
"Bang antarkan aku sesuai alamat ya," pinta Anjar kepada sopir mobil travel itu.
"Ok sip, alaat itu memang dekat pasar di sekitar sini, Hei apa kau tidak apa-apa sendiri? seperti itu mengingat ini pertama kali kamu ke kota," tanya abang sopir itu.
"Tenang tidak apa-apa Bang," ucap Anjar kepada sopir yang peduli padanya
"Baik Den," jawab abang sopir yang mengantarnya ke tempat ramai.
"Ini sebenarnya adalah kedua kali aku ke kota sejak kecil umur 10 tahun, kini telah 15 tahun berlalu semenjak kecelakaan yang menimpa kedua orang tuaku aku kembali ke kota," gumam Anjar sambil melihat kota yang sudah sangat maju dan jalanan ramai dengan orang berlalu-lalang.
"Sudah sampai Den, disinilah yang dekat dengan alamatnya yang Aden maksud," ucap abang sopir itu selebihnya aden tanya ke orang-orang saja.
"Iya Bang terimakasih," Jawabnya sambil turun dari mobil dengan membawa tasnya.
"Hei Den Berhati-hatilah Jangan mudah percaya orang sembarangan, Kehidupan Ibukota itu Kejam! Memaksa yang Baik berbuat Jahat untuk Hidup yang penting ingat Nasehatku diperjalanan tadi,"ucap abang sopir itu mengingatkan Anjar.
"Baik Bang Terimakasih Atas Segala Bantuan dan Nasehatnya," ucap Anjar lagi.
"Sampai Jumpa Jaga diri Baik-baik," ucap abang sopir sambil meninggalkan Anjar sendiri dengan kendaraannya.
Tanpa sadar sewaktu Anjar berbicara ada sepasang mata yang mengawasinya dan mengambil kesempatan untuk mencuri handphone miliknya dengan cepat.
Anjar pun berjalan menelusuri sekitar pasar kota dia teringat Nasehat abang sopir selama dijalan tanpa sadar orang yang dibelakang tadi telah menghilang.
"Aku ingat pesan Nenek Ketika sudah sampai di kota, Jaga barang di kantongmu Baik-baik," Ucap Anjar.
"Astaga Serius? Handphoneku hilang," terkejut Anjar sambil meraba kantong celanannya dibelakang.
"Ketika Aku tadi berbicara dengan abang sopir dibelakangku ada orang yang lewat berpakaian jaket serba biru," pikir Anjar.
Anjar pun melihat sesorang di depannya berjalan dengan cepat menggunakan Jaket biru dengan penutup Kepala.
"Hei Kau yang Jaket Biru, Tunggu!" teriak Anjar.
"Sialan," ucap Pencuri itu sambil melarikan diri setelah menyadari Anjar memergokinya.
"Jangan Lari ... " teriak Anjar sambil mengejar pencuri itu yang sangat cepat larinya.
Tiba-tiba hampir saja sebuah mobil menabraknya, untungnya Anjar mampu menjaga tubuhnya dengan baik hingga tidak tertabrak.
"Maaf Permisi Om," kata Anjar sambil kembali mengejar pencuri berjaket biru itu.
"Hei Kau mau mati ya!!" Marah Om-om botak berkacamata dengan kesalnya.
Pencuri berjaket Biru itu lari dengan cepat hingga menabrak seorang gadis yang kebetulan lewat disana.
BRUUUAAAAKKKKK. .. sebuah dorongan.
"AKH !!!" pekik gadis itu terkejut.
Pencuri berjaket biru itu tampak kesal gadis itu menghalanginya.
"Minggir … Cih!!! mengganggu saja," sambil mendorong dengan kasar.
Tumpukan kertas dan barang milik gadis itu bertebaran jatuh ke tanah dekat sebuah mobil terparkir.
Anjar yang melihat segera bergerak cepat mendekati gadis itu, namun mata gadis itu tertuju kepada pria berjaket biru yang menabraknya dia tampak kesal dengan orang itu.
"Kamu gak punya mata!" marah gadis itu.
"Minggir dasar Cewek lemah," marahnya sambil menyenggol dan berlari menuju gang sempit.
"Dasar Preman!" marah gadis itu kesal.
"Eh mbak gak apa-apa kan?" ucap Anjar sambil mencoba menolong.
Gadis itu tampak kesal sambil melihat kertasnya berhamburan dan mencoba memungutnya.
"Tuh kertasku jatuh," ucapnya sambil menunjuk kertasnya yang berhamburan di pinggir jalan.
"Baik Mbak saya mengerti," sahut Anjar sambil membereskan kertas milik gadis itu dan menolongnya.
"Jangan sampai ada yang ketinggalan," ucap gadis itu.
"Waduh orang tadi kemana?" pikir Anjar tidak melihat pria berjaket biru.
"Ini ya Mbak," kata Anjar sambil menyerahkan kertasnya yang berhamburan tadi ke gadis itu.
"Bukan salahmu juga tapi preman itu tadi," ucap mbak itu sambil pergi menjauhi Anjar karena dia terburu-buru bertemu dengan kliennya.
Anjar kebingungan mencari pencuri yang lari ketika melihat sebuah gang kecil yang sempit Anjar terlihat penasaran dengan gang itu.
"Di Handphone itu terdapat alamat Sari, aku juga tidak bisa mengabari Kakek dan Nenek di kampung," pikir Anjar.
"Bagaimana juga aku harus mendapatkannya kembali," ucap anjar sambil berlari menuju depan gang yang sempit.
Sejenak Anjar memejamkan matanya, dia berbicara dalam hati.
"Bagaimana pun caranya, termasuk bertanya kepada mereka yang tidak terlihat, Baiklah Maafkan bila tak sopan tapi aku membutuhkan bantuan dari penjaga tempat ini," ucapnya.
"Namaku Anjar Noor Cahya, Pemuda kampung yang baru saja tiba di kota ini, wahai para makhluk di dunia yang bersebelahan, Ijinkan aku berbicara dengan kalian, Jika bersedia, Maka …Tunjukan Dirimu …" ucap Anjar.
Lalu Anjar membuka mata batinnya dan muncul …
Seorang Wanita berbaju putih yang sambil memegang selendang putih panjang di tangannya dan melambaikan tangan kepada Anjar.
"Apa yang bisa kubantu Hai Manusia?" ucap nona manis berbaju putih itu.
Anjar baru kali ini bertemu dengan hantu wanita cantik yang berpakaian sopan dengan mengatur nafasnya Anjar terus mengajaknya berkomunikasi hantu wanita cantik itu.
"Maaf Nona hantu manis apakah anda melihat orang berjaket biru lewat disini," tanya Anjar.
"Kau memanggilku hanya untuk itu, kupikir kamu mau menggodaku," gerutunya dengan wajah yang kecewa.
Sementara itu gadis yang tadi ditolong Anjar duduk menunggu kliennya di dekat gang kecil dengan nada kesal.