Keduanya saling bertatapan, antara Anjar dan Bos preman, dengan tato macan di tangannya Bos Preman terlihat siap menyerang Anjar dengan rantainya.
"Aku Tidak ingin masalah ini makin panjang, kita sudahi saja bagaimana?" pinta Anjar.
"Setelah melukai anak buahku, kau ingin hal ini dilupakan begitu saja ..., Itukah maksudmu??" ucap si Bos Preman.
"Aku hanya ingin mengambil Handphoneku tetapi mereka malah menghancurkannya, itu saja alasanku menasih mereka pelajaran," ucap Anjar.
"HA HA HA kamu lucu juga kamu kira aku bodoh," sambil memainkan rantai dengan kuat dan menyerang Anjar.
Anjar menghindari serangan rantai yang diarahkan kewajah dan dirinya.
"ENAK SAJA... WHUSSS..." Kembali Bos Preman menyerang dengan pukulan rantai yang dililit di kepalan tangannya ke wajah Anjar.
Anjar menghindari pukulannya dengan cepat dan gesit Anjar sama sekali belum menemukan cela untuk melawan balik Bos Preman.
"Sial Bocah ini gesit juga seperti monyet saja," pikirnya.
WHUSSS...WHUSSS... Anjar menghindarinya dengan langkah kaki ringan.
"Tampaknya Bos Preman ini punya kemampuan berbeda dengan anak buah nya," pikir Anjar.
Serangan demi serangan berhasil ditangkis dengan mudah oleh Anjar dan dapat dihindarinya dengan mudah.
"Berhenti bermain-main Bocah, kau mengangapku remeh, Serius sedikit kenapa!" marah Bos Preman.
"Aku tidak mengangapmu remeh tapi kau memang lebih hebat jadi aku menghindari luka terkena rantaimu yang aneh itu," ucap Anjar.
"Jadi kau menyadari rantai ini, kalau bukan rantai biasa," ucap Bos Preman.
"Dengan mata batinku aku merasakan itu adalah bukan rantai biasa aku merasakan kekuatan Aura jin di rantai itu, mungkinkah itu pemberian jin," pikir Anjar menebak-nebak.
"Jangan menghindar terus kau dasar pengecut!" dengan nada kesal Bos preman semakin marah dan mencoba menyerangnya.
"Apakah bocah ini tau kalau rantaiku bukan rantai biasa siapapun terkena rantai ini akan lemas tak bertenaga sehingga aku menjadi bos preman di wilayah sini," pikir Bos preman membanggakan dirinya.
Tiba-tiba sebuah Tas Sekolah melayang mengenai kepala Bos Preman dengan telaknya, rupanya adiknya kesal melihat kakaknya yang menjadi bos preman itu menindas orang.
WHUUS...DHUAAAKK ... JEDUKKK!
"Aduh sakit," Rintihnya.
"Dasar Punya Kakak kerjaannya berantem mulu!" ucap seorang gadis berseragam SMA.
"Waduh Suara ini tidak asing deh," sambil berbalik arah melihat sosok yang dikenalnya adalah adik perempuannya
"Hosh... hosh," terdengar suara gadis datang berseragam Sekolah SMA sambil terengah-engah setelah melempar Tas sekolah ke kakaknya.
"ELLI! Hei , El.. Kamu mau bikin aku gegar otak ya," ucap Bos Preman.
"Lagian yang harusnya kau lempar dia, bukan Kakak!" Bos Preman sambil menunjuk Anjar.
"Terserah aku mau lempar siapa," jawab adiknya Elli.
"Aku tau siapa yang salah, aku menyaksikan kejadiannya dari awal," ucap adiknya Elli.
Anak buah Kakak yang mengambil Handphone Abang itu, aku mengikutinya sampai kesini, BTW lari mereka berdua cepat sekali untungnya aku tau tempat nongkrong Abang disini," jelas Elli.
"Sini, mana Handphonenya? Kembalikan!" ucap Elli lagi.
"Aku ga ngambil," sambil menepis tangan adiknya Elli.
Bos preman tampak masih kesal.
"HEH! PLAK" terdengar suara tangan yang hendak memukul.
"Kenapa Pake mukul,” marah adiknya.
"Kesal Adik Sendiri ga percaya sama Kakaknya Sendiri …" dengan raut wajah kesal si Bos Preman.
Anjar mendekati Elli sambil menunjuk orang yang sedang tiarap karena kalah dari Anjar.
"Handphonenya ada di bawah orang yang disana dan Handphone itu sudah rusak," ucap Anjar.
Mereka melihat ke arah Akbar si preman berkumis, lalu Elli mendekati preman berkumis itu.
"Bang Akbar Bangun!"