Tidak Terlihat

Hargo Trapsilo
Chapter #4

Jin Penglaris

Anjar baru sadar bahwa dia belum makan apa-apa sedari tadi, dan mencoba memeriksa tasnya yang ada di dompetnya berharap uang pemberian neneknya masih ada dan tidak hilang.

"Aku Baru ingat belum ada makan apa-apa seharian," ucapnya sambil mengeluarkan beberapa uang dari dalam tasnya.

"Aaahhh Disaat seperti ini, entah kenapa aku merindukan Masakan Nenek," ucap Anjar teringat Neneknya yang selalu masak-masakan enak.

Anjar berhenti di sebuah warung makan dan melihat pengunjung warung itu ramai sekali, beberapa dari mereka terlihat makan dengan lahapnya.

GLEK !

"Bikin ngiler saja," pikir Anjar mencoba masuk ke warung itu dengan mencium bau masakan yang wangi.

"Selamat Datang?" ucap sang pemilik warung menyambut ramah.

"Baiklah tidak ada salahnya mencoba masakan Kota," pikir Anjar.

Anjar melangkah menuju Warung dan hendak masuk akan tetapi langkah kakinya kembali terhenti.

"Perasaan Ini! Ada sesuatu yang salah," ucap Anjar.

"MATA BATINKU," Anjar memejamkan Matanya.

"TERBUKALAH!" Anjar Membuka Matanya.

Betapa terkejutnya Anjar melihat di dalam Warung Makan.

"EKH! Astaghfirullah!" ucapnya.

Sosok Makhluk tinggi berlidah panjang meneteskan air liurnya ke makanan yang disantap oleh orang yang makan di warung makan itu.

TES ... PLUK ...

"Astaghfirullah!" ucapnya lagi.

Makhluk tinggi berlidah panjang itu dan sang pemilik Warung melihat ke arah Anjar.

Pemilik Warung dan Jin Penglaris itu lalu berbicara dalam hati.

"Apakah Barusan dia bilang seperti itu karena terkejut melihatku?" ucap jin itu.

"Kalau benar, orang ini tidak bagus buat usahamu," ucap makhluk tinggi berlidah panjang kepada pemilik warung.

"Kalau Benar Dia bisa melihatmu kau harus membungkamnya, Aku tidak ingin Usaha yang kubangun selama ini hancur! Dan itu tidak termasuk dalam perjanjian kita… tapi sebaiknya bagaimana kalau kita pastikan terlebih dahulu?" Ucap pemilik Warung berbicara dalam hati dengan jin penglaris.

Lalu Pemilik Warung bertanya kepada Anjar.

"Kenapa Tidak masuk dek? Masih ada Bangku kosong di dalam," tawar pemilik warung.

"Eh, A-anu Bu…"Anjar tampak gugup

lalu pun berbicara dalam hati.

"Mereka sepertinya sadar kalau aku bisa melihatnya," gumam Anjar dalam hati.

"Ingin sih, tapi sepertinya Dompet saya jatuh entah dimana …" jawab anjar dengan terpaksa berbohong.

"Mungkin terselip dek, coba dicek dulu," ucap pemilik warung.

Jin itu lalu memanjangkan Lehernya juga mendekati Anjar.

"Mau apa Jin ini?" ucap anjar dalam hati.

"Sepertinya memang benar-benar tidak ada, Bu sudah saya cek semua di kantong" jelas Anjar lagi.

"Waduh ! mana melotot Jin ini," semoga aku kuat Anjar bicara lagi dalam hati.

Dia tidak terkejut sama sekali

Jin itu masih penasaran.

"Maaf ya bu mungkin nanti saya balik lagi kalau Dompet saya sudah ketemu," Anjar mencoba menjaga jarak dari pandangan Jin.

"Kalau memang dia bisa melihatku seharusnya dia sudah ketakutan sekarang atau mungkin kita saja yang terlalu berprasangka?" Jin itu bicara dalam hati sama pemilik Warung.

"Kalau begitu bagaimana kalau kita coba cara lain? Tidak mungkin dia bertahan," kali ini pemilik warung berbicara dengan jin.

"Aduh, sayang sekali belum tentu besok warungnya buka loh dek?" ucap pemilik Warung.

Sambil membuka sebagian panci besar yang berisi makanan rawon.

"Apalagi Rawon ibu adalah yang paling lezat di daerah ini?" ucap pemilik warung.

Perasaanku makin tidak enak ... mau apa lagi Ibu ini?" Anjar berbicara dalam hati.

"Enak sekali loh dek, Apalagi di makan di Cuaca dingin Begini" Ibu pemilik Warung mencoba menggoda Anjar dengan makanannya.

Anjar tergoda dengan wangi masakannya.

"Dari Aromanya saja sudah ketahuan kok bagaimana lezatnya Rawon Ibu,” ucap pemilik warung.

"Hehe Cobalah Tidak terkejut melihat ini," sambil membuka panci besarnya dengan jelas didepan Anjar pemilik warung tersenyum.

JREEEEENG ...

Betapa terkejut Anjar ada satu lagi jin cebol yang muntah di dalam panci Rawon milik Ibu pemilik warung bercampur dengan muntahannya.

"Bagaimana ..." ucap pemilik warung.

Sambil mendekat Anjar berpura-pura menyukai Aroma Rawon masakan ibu pemilik warung.

"Ah Benar! Haruuum Boleh Bon Tidak, Bu?" ucap Anjar.

Eh?! Ibu pemilik warung terkejut begitu pula dengan Jin Lidah Panjang.

"Enak Saja," marah ibu pemilik warung.

BLAM! Sambil menutup panci rawonnya.

"Begini nih yang bisa bikin gulung tikar! Gak bisa! Kalau Gak punya Uang jangan coba-coba makan disini!Pergi Sana! Dasar Gelandangan! Pergi Cepat," Marah Pemilik Warung kepada Anjar.

"Iya Bu, Maaf," Anjar lalu meninggalkan Warung itu.

"Aman Dia benar-benar tidak bisa melihatmu ayo sudah cepat kembali kerja," perintah pemilik warung.

Akan tetapi Jin itu masih penasaran dengan Anjar, diam-diam Jin lidah panjang tadi mengikuti Anjar.

Disebuah perempatan Anjar muntah-muntah atas peristiwa yang dialaminya.

HOEK! HOEK! HOEK! Uhuk ... Uhuk ...Uhuk ... Uhuk ...

"Sungguh keterlaluan menggunakan Dua Jin sekaligus Manusia macam apa Ibu itu?" pikir Anjar.

"Hampir saja aku tidak bisa mengendalikan diri ketika melihat yang di dalam panci itu, SIAL … Jorok dan menjijikkan,” Anjar berusaha menenangkan diri.

"Disaat seperti ini aku bersyukur dengan penglihatanku sebaiknya kubiarkan terbuka dulu untuk sementara waktu," pikirnya.

Sebuah langkah kaki terdengar aneh ditelinga Anjar.

"Tidak mungkin! Dia mengikutiku sampai sini?! Sial ... Bagaimana Sekarang?" ucap Anjar dalam hati.

Anjar berusaha menahan diri, melihat Jin itu berada di belakangnya dan berusaha mendekati Anjar.

"Aku Belum percaya kau tidak bisa melihatku, Aku harus membuktikannya lebih jauh lagi.. Bahaya kalau orang sepertimu keliaran di daerah sini," ucap Jin penglaris.

"Udah Kepalang tanggung aku harus teruskan sandiwaranya," pikir Anjar.

AAAHHHH ... DONG ...DONG ...

Lihat selengkapnya