Keesokan harinya Karin menjemput Anjar di dekat masjid dengan mobilnya setelah itu mereka sarapan dan menuju ke rumah sakit jiwa dimana papa karin dirawat, Udara di pagi itu cukup segar namun Anjar membandingkan kampungnya yang sangat sejuk udaranya sambil melajukan mobilnya terlihat Anjar yang malu-malu bersama seorang gadis di dalam mobil.
"Bagaimana tidurmu Anjar?" tanya Karin.
"Tidurku seperti biasa Nona karin," jawab Anjar.
"Tuhkan masih saja panggil aku Nona," gerutu Karin.
"Maaf Karin maksudku," balas Anjar lagi.
"Cuaca hari ini cerah ya anjar?" tanya Karin lagi.
"Iya memang cerah Karin namun udara kota sangat berbeda dengan di Kampung," jawab Anjar lagi.
"Beda dong jangan samakan kota dengan Kampung aku juga pernah ke kampung suatu aku masih KKN kuliah dulu," ucap Karin.
"Oh begitu ya," ucap Anjar yang terlihat gugup karena dia jarang bicara dengan wanita kecuali sama Nenek dan Sari.
"Apakah mata batinmu itu bisa melihat hantu disiang bolong Anjar?" tanya Karin lagi.
"Aku diajarkan Kakekku untuk bisa membukanya disaat aku menginginkannya," jawab Anjar tegas.
"Berarti Kakekmu itu hebat juga ya?" tanya Karin lagi.
"Kakekku diajarkan oleh orang tuanya juga jadi ini merupakan ajaran dari nenek moyang," jelas Anjar.
"Baguslah kalau begitu dengan begitu kau pasti mampu menyingkirkan Hantu-hantu yang berusaha membuat ayahku seperti itu," ucap Karin.
"Akan kuusahakan semampuku Karin," balas Anjar.
Setelah satu jam lebih dalam perjalanan kerumah sakit jiwa dimana tempat papa karin dirawat Karin dan Anjar akhirnya pun sampai.
Begitu tiba di halaman rumah sakit jiwa Anjar membuka mata batinnya dan melihat banyak hantu berwujud menakutkan mendiami rumah sakit jiwa itu.
Apakah tempat ini sarang mereka Anjar membuka mata batinnya dan melihat satu persatu makhluk yang sangat mengerikan padahal kondisinya saat itu masih pagi menjelang siang dengan sigap Anjar melantunkan ayat suci hingga para hantu itu menjauh, sehingga tidak sadar Karin memanggilnya.
"Anjar? Halo? Hai? Bagaimana Anjar seberapa banyak Hantunya?" tanya Karin.
"Hah! Maaf Karin aku sangat kaget banyak hantu di rumah sakit ini sangat banyak Karin!" jawab Anjar dengan mata serius.
"Kau bisa melihat mereka semua?" tanya Karin lagi masih tidak percaya.
"Sebagian memang hantu yang nakal dan sebagian lagi hantu-hantu yang mati penasaran kemungkinan mereka adalah setan yang bersemayam di tubuh manusia yang sudah menjadi gila dan ada kekuatan yang aneh ditempat ini," jelas Anjar.
"Aku tidak terbayang jika aku bisa melihat yang tidak terlihat sepertimu Anjar," sahut Karin.
Di sebuah Ruangan mereka pun menemui Dokter Rumah Sakit Jiwa yang bernama Dokter Prambudi, melihat sosok dokter yang sangat misterius Anjar merasakan sesuatu hal yang tidak beres dari Dokter itu seakan-akan banyak hal yang ditutupinya, namun Anjar berusaha untuk tenang dan tetap bertingkah seperti biasanya.
"Karin apakah seperti biasa kau mengunjungi Papamu hari ini?"tanya Dokter Prambudi.
"Iya Dokter apakah aku bisa menengok Papaku," jawab Karin.
"Tentu saja Suster akan menemani kalian berdua untuk menemuinya saya permisi dulu banyak Pasien yang harus saya lihat," sahut Dokter Prambudi.
"Baiklah Dokter," ucap Karin sambil melihat Dokter Prambudi berbalik arah membelakangi mereka.
Mereka berdua menemui Suster yang berjaga dan menemui Ayah Karin di kamarnya terlihat sosok orang tua dengan wajah pucat dengan mata yang kurang tidur.
"Permisi mbak dan Kakak saya pamit sebentar dulu ada beberapa pasien lain yang saya akan kunjungi," ucap Suster kepada Anjar dan Karin.
"Baiklah Suster," sahut Karin sambil melihat Suster pergi meninggalkan mereka.
"Hantu itu kabur setelah aku membaca doa-doa," pikir Anjar.
"Bagaimana Anjar apakah kau melihat kamar ini ada yang aneh?" tanya Karin kepada Anjar.
"Maaf Karin aku fokus sama yang tidak terlihat dan mengabaikanmu," jelas Anjar.
"Tidak apa-apa tolong lihat Papaku," ucapnya.