Tied By Affection

Ertha Theo
Chapter #2

TBA - 2. New Identity

06.30 AM

Eli bangun dari tidurnya, dan berjalan kearah kamar mandi, untuk membasuh wajahnya.

“Good morning.” Sapanya kepada pantulan kaca dirinya sendiri.

Setelah selesai membasuh wajah dan memakai krim, Eli pun berjalan kearah ruang tamu.

Disana ia melihat Lyla sudah sibuk bergumul ditempat favoritnya, dapur.

“Morning Eli. Sarapan hari ini srikaya toast, sama teh susu.” Sapa Lyla sambil membawakan nampan berisi roti dan minuman.

“Thanks, kak.” Balas Eli sambil duduk, dan menyeruput minuman.

Keduanya pun sarapan sambil mendiskusikan tentang orderan semalam. Setengah jam kemudian, mereka selesai makan.

“Kak, kalau aku pergi apply kerja kantoran, gimana kak?” tanya Eli.

“Li, kamu kenapa? Kog tiba-tiba?” Lyla heran.

“Pengen coba aja kak, gapapa kan?”

“Gapapa sih, coba aja. Kamu uda kepikiran mau apply dimana?”

“Aku uda apply kak, hari ini mau interview.”

“Ohya? Dimana?”

“Di Oriental, Prananda dan Citaprasada.”

“Ohh.. Good luck then.”

“Thank you kak.”

.

.

.

.

.

11.15 AM

Setelah interview di dua perusahaan lainnya, Eli mendatangi Citaprasada.

“Selamat siang, ada yang bisa dibantu?” tanya sang resepsionis.

“Ah, saya datang untuk interview.” Balas Eli.

“Oh, baik, dengan nona siapa mohon maaf?”

“Saya Eleanor. Panggil saja Eli.”

“Baik, nona Eli, saya Linda. Mari ikut saya.” Tutur Linda seraya menuntun Eli ke sebuah ruangan menunggu, “saya lapor ke pihak yang berwajib dulu ya, nona silahkan tunggu sebentar.”

“Baik.”

Eli menyeduh lemon tea, dan duduk sambil menonton tv.

Tok tok tok!

Pintu pun terbuka, dan masuklah seorang wanita berpakaian rapi.

“Selamat siang, saya Erlin kepala HRD, dengan nona siapa saya berbicara?” sapa Erlin sopan.

“Saya Eli, Eleanor.” Balas Eli.

“Oh, nona Eleanor, mari ikut saya keruangan.” Ajak Erlin.

.

Diruangan HRD, Eli menerima berbagai pertanyaan seputar alasan dia memilih perusahaan ini, dan bagaimana dia akan mengembangkan usahanya dalam memajukan kesejahteraan perusahaan; semua dapat Eli jawab dengan jawaban yang membuat Erlin mengangguk puas.

“Terima kasih atas keantusiasan anda, nona Eli. Nona boleh pulang, dan tunggulah kabar dari kami.” Tutur Erlin.

“Baik, terima kasih.” Eli berdiri dan memberi hormat kepada Erlin.

Erlin akan keluar dari ruangan, saat Eli memanggilnya, “anu— saya boleh permisi ke toilet?”

“Silahkan nona.. Toilet ada diujung sana.” Balas Erlin.

“Terima kasih.”

Eli pun segera menuntaskan tugasnya didalam toilet.

Tak lama, ia pun keluar.

Lihat selengkapnya