Condominium Emerald
06.15 PM
Lyla sudah menyiapkan makan malam, saat Eli tiba di rumah.
“Hmm.. Wangi! Masak apa kak?” tanya Eli.
“Tumis labu siam, dengan cabe rawit dan ikan teri. Sama sup kimchi dengan beef.” Balas Lyla sambil meletakkan bakul nasi diatas meja makan.
“Wah, lengkap deh makanan favoritku.” Eli segera mencuci tangan, dan menyiapkan gelas. Setelah itu, ia menuangkan wine kedalamnya.
“Uda diterima nih job nya?” tanya Lyla sembari duduk.
“Yes. Tapi diterimanya agak antimainstream sih, kak.”
“Gimana antimainstream-nya?”
“Cheers dulu.” Pinta Eli.
Tring!
Gelas mereka berdenting.
“Mmm.. Mantul!” seru Eli.
“Jadi.. cerita dong.” Lyla meletakkan gelasnya, berkata.
Kemudian Eli pun menceritakan kejadian yang tadi ia lalui, secara detil, dari awal mula sampai akhirnya. Lyla menyimak, sambil terus menyendok nasi dan dimasukkan kedalam mulut.
.
“Gitu deh kak, akhirnya aku resmi jadi sekretaris, dengan notabene aku tidak tau apa-apa soal pekerjaan sekretaris. Anti mainstream kan?” Eli mengakhiri kalimatnya dengan mengangkat bahunya.
“Aku ngerti kog, El. Aku dulu pernah jadi sekretaris, sebelum akhirnya aku membuka café bersamamu.” Balas Lyla.
“Ohya? Ajarin dong kak. Aku benar-benar awam kalau soal sekretaris, padahal kan rencanaku cuman pengen jadi karyawan kantoran biasa aja.”
“Ok, nanti abis ini ya.”
“Asiap!”
.
.
.
.
.
Lavani Lalitha Café
07.35 PM
Eli dan Lyla memasuki café, saat seorang barista bernama Liam menghampiri mereka.
“Eli..” sapa Liam.
“Ya, kak? Kenapa?” tanya Eli heran. Pasalnya wajah Liam menampilkan ekspresi ketakutan.
“Didalam, ada pelanggan yang mencarimu. Dan katanya ia hanya mau dilayani oleh kamu.”
“Hah?? Siapa?”
“Ga tau. Tadi uda kubilang, kalau kalian belom tau bakal datang jam berapa. Tapi dia kekeuh mau nungguin kamu.”
Eli mengernyitkan dahi, bertanya-tanya siapa yang bisa sekenal itu dengannya. Eli menepuk pundak Liam, kemudian pamit masuk kedalam loker untuk mengganti seragam café.
“Apakah nona Eli sudah datang?” tanya orang tersebut kepada Lyla, yang sementara mewakili Eli untuk menyapa tamu.
“Sudah tuan, Eli sedang mengganti seragam. Sebentar lagi dia akan kesini.” Balas Lyla.
“Hmm.” Orang tersebut tidak melanjutkan pembicaraan lagi.
Tepat saat itu, Eli muncul dibelakang Lyla.
Lyla menoleh, dan membisikkan sesuatu, “sepertinya bukan tamu langganan.”
“Biar aku aja ya kak..” balas Eli.
Lyla mengangguk paham, dan kembali ke dapur.
.
“Maaf tuan, anda mencari saya?” tanya Eli kepada orang tersebut. Eli tidak melihat wajahnya karena orang tersebut sedang menghadap kearah jendela.
Begitu mendengar suara dari orang yang telah nantikan, orang tersebut pun menoleh, dan menyapa, “hai Eli.” sambil tersenyum simpul.
“Tuan Raphael? Ehmm— maksudku kak Rapha..” Eli menyelipkan anak rambut kebelakang telinganya, “mau pesen minuman makanan apa kak hari ini?”
Raphael melihat sekilas papan menu yang ada dihadapannya, lalu menjawab, “Lemongrass iced tea, dua gelas; spaghetti aglio olio satu, no mushroom. Udah.”
“Minumannya dua, makanannya satu?” tanya Eli, memastikan.
“Iya. Minumannya satu untuk kamu.”
“Hah?”
“Kamu nanti temani aku disini.”
“Eh?”
“Kita ngobrol.”
“Oh. Oke kak. Aku buatkan pesanan kakak dulu ya.”
“Okay.”
Eli pun memberikan kertas orderan kepada sang juru masak, kemudian ia menghampiri Lyla yang sedang berdiri didepan mesin kasir.
“Gimana? Orang itu kog bisa tau kamu?” tanya Lyla.
“Itu CEO Citaprasada, kak. Namanya Raphael.” Balas Eli, sambil melepas celemek.
“Kamu mau kemana?”
“Aku diminta untuk menemaninya kak.”
“Oh. Oke, panggilkan Liam ya, dia lagi makan diluar.”
“Oke.”
…
…
…