Tiga Bintang Paling Terang

Aiden
Chapter #8

Sekolah

Aku menghabiskan satu bulan dengan tidur di rumah, ikut ayah ke sawah, bermain dengan sepupuku, sampai ikut membantu Nenek Utik dan Nenek Imah membuat jajanan untuk Hari Raya Idul Fitri. Setiap hari raya aku selalu antusias dengan uang tunjangan dari tetangga, kerabat, dan sepupuku. Siapa juga yang mau menolak barang berharga tersebut? Selain itu aku juga paling antusias saat diajak untuk berkunjung ke rumah kerabat yang jaraknya sangat jauh sehingga rasanya seperti diajak tamasya karna berkeliling daerah baru.

Uang hasil pekerjaan melelahkanku di hari raya biasanya kugunakan untuk membeli berbagai alat tulis seperti pensil, buku, tas, dan sepatu baru. Apalagi setelah ini aku akan masuk sekolah dasar, alat-alat tulis seperti itu pasti akan sangat kubutuhkan.

Jadwal liburan selesai dan semua lembaga pendidikan memulai kembali kegiatan belajar mengajarnya. Pagi ini aku dengan semangat pergi ke sekolah. Menggendong tas baru, memakai seragam baru, sepatu baru, semuanya serba baru. Selama perjalanan aku selalu bertemu dengan teman-temanku, yang ternyata memang masuk sekolah dasar yang sama. Sepertinya lingkup pertemananku di jenjang satu ini akan sangat sempit.

Pukul tujuh tepat, gerbang sekolah ditutup. Bel kemudian berbunyi nyaring di setiap penjuru, menggema di mana-mana. Anak-anak berlarian ke sana-ke mari menuju surau kecil di pojok sekolah, berebut tempat nyaman untuk salat duha.

Aku mulai membiasakan diri dengan kegiatan baru ini. Pagi-pagi hari sebelum pembelajaran, kami dituntun untuk melaksanakan salat duha berjamaah. Biasanya berlangsung sekitar tiga puluh menit jika anak-anak memang tidak susah untuk diatur. Setelah itu kami digiring ke kelas masing-masing, bersiap mengikuti kegiatan belajar mengajar sampai selesai.

Aku duduk di bangku paling depan, berkenalan dengan satu-dua orang baru di kelas ini, yang lainnya aku sudah kenal sejak TK. Selang beberapa saat, guru masuk ke dalam kelas dan membuka pembelajaran.

Mula-mula kami tidak langsung diajari ini-itu. Entah kenapa kami disuruh untuk berkenalan satu-satu, dibimbing bagaimana cara berkenalan dengan baik kepada sesama teman sebaya, padahal kami memang sudah bersama sejak TK. Bisa dikatakan 98% anak di kelas ini satu TK denganku.

Usai berkenalan sana sini, kami diberikan pengenalan mengenai kegiatan-kegiatan kecil di sekolah, apa saja yang akan dipelajari, sampai dikenalkan beberapa tempat yang ada di sekolah ini. Aku mendengarkannya dengan antusias, sekali-kali ikut merespon pertanyaan interaktif dari guru.

Lihat selengkapnya