Tiga Bintang Paling Terang

Aiden
Chapter #23

Gelombang Biru

Tahun 2025

Liburan tahun baru berlangsung dengan sangat singkat. Itulah yang kurasakan. Baru saja kemarin aku pulang ke desa tepat setelah pembuatan video profil Prodi, sekarang aku harus kembali lagi ke Surabaya. Tak apa, lagi pun aku harus segera pergi dari rumah itu. Ternyata liburan semester kali ini tidak seperti liburan yang sudah aku rencanakan. Aku tidak terlalu puas dengan liburan ini. Rasanya, sesuatu seakan merusak suasana hatiku. Kukira, dengan pulang ke kampung halaman dan melepas rindu, akan membuatku tenang dan terhindar dari banyaknya hiruk-pikuk perkotaan. Tapi ternyata, tak ada bedanya. Kepalaku memang sudah terlanjur penuh, tak ada yang berkurang sepeserpun.

Saat aku di rumah kemarin, aku setiap hari berpikir keras bagaimana caraku membayar UKT yang sangat mahal itu sesuai tenggat waktu yang ditentukan oleh pihak kampus. Aku sudah mendiskusikannya dengan ayah, namun ia juga belum menemukan jalan keluarnya, sehingga aku terpaksa menunggu lebih lama lagi. Pembayaran UKT yang awalnya diagendakan akan berakhir pada bulan Januari, akhirnya diperpanjang sampai akhir bulan ini, Februari. 

Sepanjang perjalan di kereta, dari pagi hingga siang, aku hanya menatap kosong hamparan sawah yang mulai menguning, sembari memikirkan apa yang bisa kulakukan untuk membantu ayah mendapatkan uang sebanyak itu dengan cepat. Aku tidak lolos beasiswa, pengangguran, dan sudah menjadi beban keluarga selama bertahun-tahun. Uang ayah juga digunakan untuk keperluan pendaftaran Ita masuk SMA, kemudian untuk membayar asrama, tempat tinggalku yang baru. Teman sekamarku memutuskan untuk pindah dari indekos lama, jadi mau tidak mau aku juga harus pindah karena biayanya yang mahal jika hanya ditempati satu orang. Tidak, aku juga tidak mau melepaskan mimpi yang sudah kurajut sedemikian rupa ini.  

Meskipun harga kamar di asrama cukup terjangkau, namun lama kusadari bahwa keputusanku tidak sepenuhnya benar. Baru saja sampai di indekos, aku harus segera mempersiapkan diri untuk pindah ke asrama saat ini juga. Jika tidak, aku akan ditendang keluar sebelum sempat pindahan karena kantor asrama akan tutup pada hari Sabtu dan Minggu. Aku tidak punya kendaraan untuk memindahkan barang-barangku, sehingga kuputuskan untuk memindahkan barang-barang sederhana terlebih dahulu seperti baju-baju, menggunakan ransel dan berjalan kaki menuju ke asrama. Jarak indekosku ke asrama juga tidak terlalu jauh, hanya terpaut delapan ratus meter. Jarak yang sudah sering kutempuh jika harus ke perpustakaan kota karena indekosku tidak menyediakan internet untuk mengerjakan tugas.

Setelah bolak-balik selama tiga kali, akhirnya tersisa barang-barang besar seperti lemari plastik, beberapa sembako, dan sepeda kayuh yang terparkir di depan halaman indekos. Aku memindahkan barang-barang itu dengan memesan mobil dari ojek online. Lalu untuk sepeda kayuh, akan kuambil saat matahari terbenam sambil menikmati udara malam perkotaan.

Lihat selengkapnya