Aku Alea, anak tunggal dari pasangan Raden Mas Sastra dan Ibu Suciasih. Aku di lahirkan sebagai turunan darah biru, kakekku Jawa asli dan masih keturunan keraton, sedangkan omaku keturunan Belanda, omaku sangat cantik, putih dan bermata biru, begitu juga mamiku yang sangat cantik dan putih. Aku tinggal di Cirebon, di rumah yang cukup besar dan asri. Kehidupanku sangat bahagia, sebagai anak seorang priayi kehidupan kecilku sangat teperhatikan dan tercukupi. mami dan papi bagiku sosok orang tua yang harmonis. Aku gemar bermain ke sana kemari, menggunakan dress cantik yang selalu dijahitkan oleh mami atau omaku. Aku sangat suka mengepang rambutku, oma ku bilang, aku sangat manis, rambutku ikal, hidungku mungil tapi mancung dan aku memiliki tahi lalat di keningku.
Kehidupan ku berjalan sangat lancar, masa kecilku berisi permainan, kegembiraan dan kesukacitaan, sampai aku kelas 3 Sekolah Dasar. Kini aku hanya bersama mami dan papi oma telah meninggal satu tahun yang lalu saat aku kelas 1 Sekolah dasar. Kini aku menjadi anak tunggal kesayangan mami dan papiku. Setiap pulang sekolah, mami selalu memasakkan aku rolade sapi, bistik sapi atau gepuk kesukaanku. Dari kecil aku terbiasa menyantapnya. Mami bilang itu resep yang diturunkan oleh Oma, ya sungguh lezat aneka masakan itu. Tak ingin rasanya mencoba-coba resep andalan lain selain masakan mamiku.
Tapi tidak dengan hari ini, aku melihat mami menangis tersedu-sedu di tengah rumahku. Aku menanyakan ada apa gerangan yang terjadi dengan mami. Mami hanya bilang kalau beliau tidak enak badan, mami mengusap air mata yang mengalir di pipinya.
"Halo, Alea sudah pulang ya."
"Iya Mami, ada apa? mengapa Mami menangis dan bersedih hati?"
"Tidak apa-apa Alea, Mami hanya tidak enak badan."
"Mami sudah masak?"
"Belum Alea, sebentar ya Mami akan masakan goreng telur dulu untuk Alea, tidak apa-apa kah?"
"Iya Mami, tidak apa-apa."