Tiga Dewa dan Rahasia Pantai Sasah

Adri Adityo Wisnu
Chapter #6

Chapter 6

Bena Caraka, seorang bajak laut yang gagah. Mahasagara, kapalnya yang kuat dan megah. Tama tidak menyangka akan berada di rumah yang penuh sejarah. Ia mulai membayangkan hal-hal lainnya yang ia akan temukan di rumah ini. Katanya harta milik Bena yang paling berharga disembunyikan di rumah ini. Harta seperti apa? Tama membayangkan peti-peti berisi berbagai macam perhiasan emas, atau koin-koin emas, yang tersembunyi di dalam sebuah gua tersembunyi seperti yang suka ia lihat di film-film.

Sementara Tama masih sibuk memperhatikan lukisan Bena Caraka dan Mahasagara dan membayangkan seperti apa dia semasa hidup. Eza sedang asyik memperhatikan sebuah alat kemudi kapal besar yang terbuat dari kayu kokoh, dan juga bendera di sebelahnya yang memiliki gambar burung hantu. Dua benda itu dipasangkan di dinding.

"Om, om. Ini asli?" tanya Eza.

Praja beralih dari Tama, ke Eza. Ia berjalan mendekati Eza sambil juga memperhatikan dua benda di dinding itu.

"Iya, ini asli. Dulunya digunakan di kapalnya Bena Caraka."

"Setirnya sebesar ini?"

"Iya, kapal-kapal zaman dahulu memang punya alat kemudi sebesar ini. Dulu disebutnya 'helm', tapi bukan yang suka dipakai kalau naik motor, lho. Makanya pengemudi kapan disebutnya Helmsman. Jadi pengemudi kapal itu bukan tugas yang gampang. Untuk memutar kemudi sampai kapal berbelok ke arah yang kita inginkan dibutuhkan tenaga yang luar biasa besar. Beratnya berkali-kali lipat dari mobil tanpa power steering. Kadang, kalau laut lagi nggak tenang, dibutuhkan dua sampai tiga orang untuk membelokkan kapal."

"Seberat itu?"

"Seberat itu. Karena kemudi kapal zaman dahulu punya mekanisme yang rumit. Mungkin sekarang semua sudah serba mesin, tapi pada zaman Bena Caraka, kemudi kapal tersambung ke tali tebal yang ketika kemudi diputar, tali tersebut akan ikut bergerak pada dua pasang katrol dan menarik rudder yang berada di bawah kapal sehingga kapal bergerak ke arah yang kita mau."

"Wow," Eza terkesima dengan penjelasan tersebut, sambil membayangkan dirinya adalah seorang pengemudi kapal. "Jadi, kenapa... Siapa namanya?"

"Bena Caraka."

"Iya. Kenapa Bena Caraka pakai burung hantu sebagai lambang kru bajak lautnya, om?"

"Karena burung hantu melambangkan beberapa hal, dan Bena Caraka menerapkan hal-hal tersebut pada dirinya. Sedangkan burung hantu jenis Beluk Jampuk ini adalah burung hantu yang berhabitat di sekitar kampung halaman Bena Caraka. Nah, kenapa Bena memilih burung hantu sebagai lambang? Burung hantu melambangkan beberapa hal, yaitu kebebasan, keberanian, hasrat melindungi, kecerdasan, dan kepekaan yang kuat. Bena menjadikan semua itu sebagai pedoman baginya. Kebebasan, karena ia adalah seorang bajak laut. Ia dapat bebas pergi kemanapun ia mau, melakukan apapun yang ia suka, tanpa diatur oleh pemerintah. Bena Caraka juga adalah orang yang berani, dan setia kawan. Baginya, krunya adalah orang-orang yang paling berjasa. Tanpa mereka, Bena Caraka tidak akan bisa menjadi seorang kapten bajak laut yang hebat. Maka ia rela mengorbankan dirinya sendiri jika itu untuk melindungi nyawa anak buahnya.

"Tidak seperti bajak laut umumnya yang lebih suka menghabiskan waktu santainya dengan minum-minum dan berkelahi, Bena senang membaca. Ia merupakan seorang ahli navigasi, dan mahir membaca gerak angin. Kemampuannya itu sering ia gunakan untuk memenangkan, atau menghindari pertempuran."

Lihat selengkapnya