"Sst. Nyapa, kek. Bilang apa, kek," Kata mbak Sulis kepada anaknya, sambil menyikutnya pelan.
"Hai," sapa Yola, menaikkan kepalanya sedikit paling tidak agar matanya dapat melihat lawan bicaranya.
Eza dan Wayu menjawab sapaan Yola dan mengenalkan diri mereka masing-masing. Kecuali Tama yang masih terpaku.
"Woy!" Eza menginjak kaki Tama. "Malah bengong. Di rumah tua gini kalau bengong kesurupan lo, mas! ItuĀ say hi."
Tama yang tiba-tiba disadarkan dari lamunannya oleh injakkan kaki adiknya merasa agak bingung. Sesaat dia lupa dia sedang di mana dan ada siapa saja.
"Eh... Iya.... Aku Tama. Maaf ya adik-adikku pada badung," kata Tama dengan canggung. Lalu ia berpikir kenapa ia minta maaf karena adik-adiknya badung, padahal Eza dan Wayu tidak melakukan apa-apa. Ucapannya itu mendapat tatapan bingung dari kedua adiknya, yang seraya bertanya "Lah, gue ngapain emang?"
"Ya udah, yuk kita makan," ajak Praja, yang kemudian menarik kursi tempat duduknya. Yang lain pun melakukan hal yang sama.
Mereka duduk saling berhadap-hadapan. Entah Tama ini menganggap sesuatu yang sial atau justru beruntung, tapi ia duduk menghadap Yola. Di satu sisi ia senang karena jadi bisa mencuri pandang, di sisi lain ia jadinya harus makan denganĀ jaim. Biasanya Tama bisa makan dengan rakus kalau di rumah, seperti yang dilakukan adik-adiknya sekarang ini. Wayu makan dengan suapan-suapan besar. Kadang belum selesai mengunyah, ia sudah menyuap lagi. Eza dengan brutal menggigit dan mengoyak daging ayam. Tangan dan mulutnya berlumuran minyak. Adik-adiknya makan dengan mengeluarkan suara-suara yang menunjukkan kenikmatan sambil sesekali berkomentar, "Enak banget.", "Ahhh mantap!", dan lainnya. Orang-orang yang lainnya, kecuali Yola, juga menyantap makian malam dengan seru dan penuh nafsu.
Sementara Tama... Ia makan dengan gaya bak seorang bangsawan. Duduk tegak, Garpuh di tangan kiri, dan sendok di tangan kanan. Suapannya sedikit-sedikit, dan dikunyah secara hati-hati agar tidak menimbulkan bunyi. Setelah menelan, ia menunggu beberapa detik untuk menyuap lagi. Tidak seperti biasanya yang makannya cepat.
Di seberangnya, Yola pun seperti itu. Yola makan dengan anggun. Sambil mengunyah, matanya bergerak ke sana-kemari, seperti sedang benar-benar menikmati makanannya, dan mencoba merasakan masing-masing bahan masakan yang digunakan.
Semuanya makan dengan lahap dsn ketika selesai, mereka negobrol dulu sebentar. Praja menanyakan kepada keponakan-keponakannya mengenai kegiatan mereka di dalam dan luar sekolah, dan mereka sibuk bercerita. Ketika bagian Yola yang ditanyakan mengenai kegiatannya, ia tidak banyak bercerita. Maka, mbak Sulis lah yang sibuk menceritakan mengenai kegiatan-kegiatan Yola.
Setelah puas mengobrol, mbak Sulis dan Yola berdiri, dan mulai merapikan bekas makan mereka.
"Saya bereskan, ya, Pak," kata mbak Sulis sambil mulai mengangkati alat makan untuk dikumpulkan dalam satu piring.
"Saya bantu ya," Tama berdiri dan mulai membenahi alat makan dan piring-piring juga.
"Buset, tumben amat nih abang gue!" seru Eza, yang dibalas dengan pelototan oleh Tama.