Tiga Hati Satu Cinta

Farasha
Chapter #1

#1. Pernikahan


Jatuh cinta dan patah hati adalah

Dua kata mutlak yang tak bisa didefinisi.

***

Hari ini adalah hari terakhir Nabila memakai seragam putih abu-abunya ke sekolah, tiba-tiba jantungnya berdebar hebat kala sahabat baiknya melambaikan tangan di depan kelasnya, dia Ezhar Al-Rasyid siswa kelas 12-IPA 2 yang sering nongkrong di kelasnya saat jam istirahat sekolah hanya untuk menggoda dan menjahilinya. Tak jarang Ezhar juga bersembunyi di dalam kelasnya saat jam-jam pelajaran kosong atau saat guru kelasnya tidak hadir karena suatu hal. 

Nabila menyapa teman-temannya yang ia lewati dengan ramah, seperti biasa mereka akan membentuk grup rumpi bersama gengnya masing-masing, tampak mereka saling bertukar cerita untuk membingkai kenangan paling berkesan yang tak terlupakan sebelum mereka mengejar mimpi di universitas pilihan mereka masing-masing, tiga tahun menuntut ilmu di SMA Ahmad Dahlan ini tentu saja menyisakan banyak kenangan tersendiri, salah satunya Nabila, ia pahat senyuman terbaiknya saat langkah kakinya mengikis jarak di antara dirinya dan Ezhar yang sedang bersidekap menunggu dengan senyuman khasnya. Sekuat tenaga Nabila menguatkan hati dengan rasa yang selama ini ia pendam sendiri. Sakit, tentu saja Nabila rasakan. Namun itu adalah pilihan yang terbaik, Nabila tidak akan siap jika Ezhar menjauhinya hanya karena cinta yang salah. Nabila hanya tidak ingin menodai persahabatannya bersama Ezhar yang sudah terjalin selama 1,5 tahun itu. 

Perkenalannya dengan Ezhar terbilang unik, mereka bertemu di sebuah pasar malam yang diadakan setahun sekali setiap pembukaan pabrik gula. Waktu itu Nabila sedang melihat-lihat kelinci-kelinci lucu yang dijual di pinggiran jalan bersama kakaknya. Nabila ingin sekali memiliki kelinci yang berwarna putih dan abu-abu dengan bulu-bulu indahnya itu. Namun, Akbar melarang Nabila.

"Ayo Dek, Abang geli lihatnya," protes Babang, sapaan kesayangan Nabila untuk kakaknya, Akbar Maulana satu-satu saudara kandung yang ia miliki. 

"Ini buat kamu." Tiba-tiba suara seorang remaja laki-laki berpeci hitam dengan memakai sarung dan koko putih menyerahkan dua ekor kelinci kecil dalam sebuah kotak. Nabila terkejut menatap remaja yang tidak ia kenal tersebut. Namun, karena keinginannya memiliki kelinci lucu itu Nabila menerima dengan mata berbinar dan mengucapkan terima kasih pada remaja laki-laki tersebut, belum sempat Nabila menanyakan nama remaja tersebut Akbar sudah menarik tangannya menjauh. Nabila masih sempat menoleh ke belakang lalu melambaikan tangannya sembari mengikuti langkah Akbar yang berada di depannya.

Keesokan harinya Nabila dikejutkan dengan kehadiran Ezhar yang tengah duduk bersantai di kursi tempat duduknya, tubuh Nabila masih membeku saat menyadari bahwa mereka ternyata satu sekolahan. Ezhar adalah ketua rubrik majalah di sekolahnya, itulah informasi terbaru yang ia dengar dari sahabatnya Kalila yang kini tengah berdiri di sisinya. 

Kisah persahabatan Nabila bersama Ezhar dimulai detik itu juga. Ezhar juga salah satu santri di sebuah pesantren besar di kota Jombang, Pondok Pesantren Al-Amin tepatnya, SMA Ahmad Dahlan sendiri masih dalam naungan pesantren besar tersebut. 

"Hei Nabila endut," sapa Ezhar yang seketika membuat Nabila mengerucutkan bibir sepanjang 5 cm yang seketika membuat Ezhar tergelak, panggilan ironi untuk Nabila yang memiliki tubuh kurus dan tinggi badan hanya mencapai 155 cm. Ezhar selalu berkilah bahwa ucapan adalah doa setiap kali Nabila memprotesnya. 

"Ikut aku sebentar yuk!" Ezhar menarik lengan baju Nabila dengan paksa menuju taman sekolah yang tampak sepi karena memang para siswa kelas 10 dan 11 sedang dalam proses KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) di kelas seperti biasa, hanya kelas 12 yang bebas setelah melaksanakan ujian kelulusan atau UN. 

"Apaan sih Ezhar? Main tarik-tarik aja, aku kan juga pengen gabung dengan anak kelasku, lagian kenapa kamu nggak ikut kumpul teman sekelas kamu aja sih?" Protes Nabila sambil mengikuti langkah lebar Ezhar dengan tertatih. Ezhar hanya membalasnya dengan senyuman, tangannya masih dalam posisi yang sama, menarik lengan Nabila agar mengikutinya.

"Duduk sini, aku ingin bicara sebentar sebelum aku pulang ke kampung halamanku." Ucapan Ezhar yang seketika membungkam bibir Nabila, rasa sesak menghantam dadanya dengan keras saat mendengar ucapan Ezhar namun sekuat tenaga Nabila tetap memahat senyuman di kedua sudut bibirnya 

"Kamu pulang kapan Ezhar?" tanyanya menahan kuat-kuat agar buliran kristal yang sudah menggantung di pelupuk matanya tidak bergulir.

Lihat selengkapnya