Kegelisahan tiba-tiba merajai hati Nabila tanpa alasan, sejak semalam ia tidak bisa memejamkan mata meskipun hanya sejenak, barulah setelah bangun salat malam bersama Fahri Nabila bisa terlelap. Tanpa Nabila sadari Fahri tersenyum menatap wajah Nabila yang tertidur pulas, ia tidak menyangka bisa tergila-gila pada gadis belia yang kini sudah resmi menjadi istrinya itu dalam waktu yang singkat, benteng hati yang selama 8 tahun ia bangun dengan kokoh seketika roboh hanya dengan hitungan minggu saja.
Sambil menunggu adzan subuh berkumandang Fahri mengambil mushaf dari atas meja lalu membacanya dengan khusuk. Allahuakbar Allahuakbar, terdengar sayup suara adzan subuh Fahri segera mengakhiri bacaan Al-Quran yang tengah ia lantunkan lalu kembali mengambil air wudhu agar merasa segar kembali, ia kecup kening Nabila cukup lama sebelum masuk ke dalam kamar mandi.
Ia lipat sajadah yang terhampar di atas lantai lalu meletakkkan di bahu kirinya, kali ini ia pergi berjamaah salat subuh ke masjid sendiri karena tidak tega mengganggu tidur Nabila. Fahri tahu semalaman Nabila gelisah dari tidurnya, ia berencana akan menanyakan langsung penyebab Nabila gelisah nanti seusai ia pulang dari masjid.
***
"Kamu kenapa Sayang? Apa ada yang mengganggu pikiranmu?" Ucap Fahri saat masuk ke dalam kamar melihat Nabila sedang melamun menatap luar jendela.
Terlihat dari balkon kamarnya jalanan mulai ramai dengan aktivitas warga yang berlalu lalang di jalan raya.
"Nggak ada apa-apa Mas," balas Nabila singkat sambil mengalihkan pandangannya ke arah Fahri yang kini sudah berdiri di sisinya.
Fahri melirik ponsel di tepian jendela milik Nabila yang tampak berkedip, di layar pipih itu tertera nama Kalila di sana, seketika alis Fahri terangkat sebelah karena merasa heran. Tak biasanya sepagi ini sahabat istrinya itu mengirimkan pesan.
"Ada apa sepagi ini Kalila mengirimkan pesan?" tanya Fahri penasaran. Lalu tanpa diduga Nabila menunjukkan pesan Nabila padanya yang tidak dibalasnya.
"Nabila entar pulang kampus kita berencana rujakan di rumahku. Si Della dan Santi ngajakin tuh, kamu ikut kan?"
Fahri tersenyum membaca pesan dari Kalila lalu membelai rambut Nabila. "Apa kamu kangen ibu dan ayah?" Tanya Fahri dengan lembut mencoba menerka kegelisahan istrinya. Tanpa Fahri sadari jika pesan sahabat istrinya tersebut mengandung pesan tersirat.
Perlahan Nabila menatap Fahri dengan rasa haru, ia tak menyangka Fahri mengerti isi hatinya. Nabila menganggukkan kepala lalu tersenyum lebar sembari melingkarkan kedua tangannya ke tubuh Fahri.
"Bilang saja kalau kamu menginginkan sesuatu, jangan dipendam sendiri," ucap Fahri sambil mengeratkan pelukannya, ia hirup kuat-kuat aroma orange dari rambut panjang Nabila, Aroma yang kini selalu ia rindukan saat berjauhan dengannya meskipun hanya sebentar saja.
"Maaf Mas aku nggak enak mau bilang, Mas kan sibuk dan pasti kerjaannya banyak setelah PAS gini, apalagi gantian bentar lagi MTs tempat Mas ngajar juga mau ujian," terang Nabila malu-malu, ia sungguh tak enak hati jika harus merepotkan Fahri.
"Kamu ini lucu Dek, rumah ibu dan ayah kan dekat kalau mau pulang bilang saja pasti Mas antar, kan bisa Mas antar trus ke kampus entar pulang Mas jemput lagi," terang Fahri dengan lembut, hatinya tergelak mengetahui sifat istrinya yang masih polos dan pemalu itu.
"Entar pulang kampus kita pulang sekalian nginep sana, kan setelah menikah ini kita juga belum pernah menginap di sana," jawab Fahri sambil mencubit ujung hidung Nabila dengan gemas.
***