Dulu kita saling mencinta ternyata hanya untuk memberi duka lara
Dulu kita mengikat janji ternyata hanya untuk mengingkari
Dan kita pernah saling berpelukan ternyata hanya untuk sebuah kenangan
***
"Assalamualaikum .... Oh ternyata ada tamu," ucap Fahri yang seketika membuat Nabila mengangkat wajahnya begitu juga Ezhar yang seketika menoleh ke arah sumber suara dengan menjawab salam secara bersamaan.
Kedatangan Fahri membuat kegugupan Nabila semakin bertambah, laki-laki dari masa lalu dan masa depannya kini berada tepat di hadapannya dan ia tidak tahu harus bersikap, seandainya ia memiliki kemampuan untuk menghentikan waktu pastilah sudah ia lakukan sekarang juga, menghilang.
"Ustadz Fahri?" Sapa Ezhar dengan wajah terkejut. Namun ia segera berdiri dari tempat duduknya dan menyalami Fahri dengan tawaddu'. Gemuruh di hati Ezhar semakin terasa kuat saat menatap Nabila lalu beralih kembali ke arah Fahri. Mencoba mengaitkan hubungan di antara mereka berdua.
"Kamu Ezhar? Ezhar Al-Rasyid kan?" tanya Fahri kembali, ia ingat Ezhar adalah santri yang rajin dan cerdas, selama membimbingnya Fahri tidak pernah kerepotan bahkan Ezhar tipikal santri yang mandiri dan kreatif.
"Iya Ustadz, saya Ezhar," jawab Ezhar singkat.
"Sayang tolong ambilkan ponsel Mas sebentar, tadi Mas lupa, sepertinya tertinggal di kamar, di atas nakas ya!" ucap Fahri lembut, Fahri menangkap sesuatu yang berbeda dari istrinya, Nabila tampak gugup dengan wajah memucat.
Deg .... Fahri teringat, Nabila pernah mengigau dalam tidurnya memanggil nama Ezhar, apakah mungkin Ezhar yang kini berdiri di hadapannya adalah Ezhar cinta masa lalu istrinya? Fahri menatap kembali Ezhar yang sedang menatap nanar punggung Nabila yang sedang berjalan masuk ke dalam rumah, Fahri tahu itu bukan tatapan biasa. Hati Fahri sakit bagai ditikam belati, ia cemburu karena ada laki-laki lain yang mencintai istrinya begitu besar. Namun Fahri juga tidak bisa mengelak bahwa dulu ia adalah orang ketiga di antara hubungan Nabila dan Ezhar.
Untuk mencairkan suasana Fahri mengajak Ezhar duduk kembali, sambil menanyakan kabar dan kesibukan Ezhar di rumah setelah ia boyong dari pondok pesantren. Ezhar juga memberitahukan bahwa adiknya Mirza saat ini tengah mondok di pesantren Al-Amin. Ezhar menjelaskan bahwa dulu ia dan Nabila adalah satu angkatan di SMA A. Dahlan. Seketika senyuman getir terlukis di bibir Fahri kala menyakini jika laki-laki yang saat ini tengah berbicara adalah kekasih istrinya.
"Makasih Sayang," ucap Fahri saat Nabila memberikan ponsel miliknya, Nabila masih menundukkan kepala sedangkan Al masih menatap Nabila lekat dengan mata sendu. Panggilan Sayang yang ke luar dari bibir Fahri berhasil menghancurleburkan hati Ezhar menjadi berkeping-keping.
Ezhar segera tersadar saat mendengar panggilan sayang Fahri untuk kedua kalinya, gadis pujaan hatinya kini telah dimiliki oleh laki-laki lain. Tangan kanan Ezhar mengepal kuat di bawah meja hingga buku-buku jarinya memutih, ia tahan kuat-kuat agar mampu menahan rasa kecewa dan amarahnya, ia berusaha tersenyum lalu segera berpamitan sebelum perasaannya meledak.
Mendengar Ezhar berpamitan Nabila segera menatap ke arah Ezhar dengan mata berkaca. Ia masih merindukan laki-laki berlesung pipi yang kini menatapnya dengan gemuruh lara yang telah ia torehkan.
Nabila menelan salivanya dengan susah payah lalu memaksakan diri untuk tersenyum pada Ezhar, ia pandangi punggung Ezhar menjauh dari pandangannya hingga menghilang bersama motor yang ia kendarai. Dan semua sikap Nabila dan Ezhar tak luput dari perhatian Fahri, meskipun hatinya juga terluka tapi ia berusaha bersikap tenang dan dewasa. Ia pernah merasakan sakitnya patah hati seperti yang Nabila dan Ezhar rasakan dan tentu saja hanya waktulah yang mampu menjadi penyembuh luka itu. Fahri berjanji akan melakukan apapun agar Nabila benar-benar jatuh cinta padanya dan segera melupakan cinta masa lalunya.
"Sayang, Mas ke kampus dulu ya?" pamit Fahri yang seketika menyadarkan Nabila yang masih mematung menatap arah kepergian Ezhar.