Tiga Raga

A. R. Pratiwi
Chapter #16

Perkenalan diri

(Flashback)

Hari ini adalah hari dimana Akari sudah diperbolehkan untuk pulang ke rumah. Alata membantu membereskan barang-barang dan menemani Akari serta Akira karena papa dan mamanya sedang mengurus biaya pengobatan Akari.

“Kak, kakak benar-benar tidak ingat nama kakak?” tanya Akira yang masih memiliki banyak pertanyaan di benaknya. Akari tersenyum tipis kemudian menatap Alata.

“Akari bukan? Karena semua orang memanggilku dengan nama itu. Betul kak…?” tanya Akari dengan mengantung nama Alata. Ia mengacak rambut Akari.

“Alata. Nama kakak Alata. Dan dia Akira,” jelas Alata memperkenalkan namanya juga adik bungsunya. Akari mengangguk-angguk kemudian terkekeh pelan. Tak lama setalah perbincangan singkatnya, papa dan mamanya datang.

“Yuk, pulang. Administrasinya sudah selesai.” ajak mama Akari. Mereka pun berdiri dan berjalan menuju mobil. Seperti biasa, papanya yang mengemudi, dan mamanya duduk di kursi depan. Alata, Akari dan Akira duduk di kursi tengah. Di perjalanan pulang Akira terus menanyakan hal-hal yang selama ini memenuhi pikirannya. Pertanyaan yang membuat semua keluarganya geleng-geleng kepala. Sampai tiba-tiba Akira mempertanyakan hal yang mengejutkan semua keluarganya.

“Kak, itu kepalanya kenapa masih diperban? Sakit tidak? Boleh Akari pegang?” tanya Akira tanpa rasa bersalah. Tangannya dengan ringan ingin menekan luka di kepala Akari yang otomatis langsung ditangkap oleh Alata. Ia menatap adiknya menyorotkan tatapan “Jangan” kepada Akira. Akira terkekeh melihat kakaknya terkejut. Kedua kakaknya menatap adik bungsunya bingung. Mama dan papanya spontan menoleh ke belakang sekilas. Membuat Akira semakin tertawa lebar.

It’s a prank mom, dad. Hehe,” jawabnya dengan gaya menjentikkan jari. Alata melepaskan tangan adiknya pelan. Akira benar-benar berhasil membuat satu mobil terkejut dan olahraga jantung. Akari yang mengerti candaannya turut tertawa. Diikuti Alata yang menertawakan dirinya sendiri karena sangat mudah tertipu. Kedua orang tuanya semakin geleng-geleng kepala melihat kelakuan anak bungsunya.

Oh, how dare you. Why you did it?” tanya Alata yang langsung mengacak rambut Akira dan memitingnya. Tawa renyah Akira membuat ketiganya hanyut dalam candaan sederhana yang dibuat oleh personil keluarga yang paling muda.

“Hahaha tolong! Itu karena kalian terlalu tegang. Aku jadi ingin menjahili kalian,” jawab Akari sambil meminta pertolongan agar dirinya dilepaskan oleh kakaknya. Namun karena jawaban polos sang adik, Alata dan Akari bersekongkol untuk membalasnya. Akari mengubah posisi duduknya agar lukanya tidak tersenggol.

Sure, then let me punish you Akira,” ucap Akari dengan menggelitik perut Akira. Akira semakin memberontak dan tertawa lepas. Begitupula Akari dan Alata yang masih melanjutkan misinya untuk menghukum kejahilan adiknya. Mereka tertawa seolah sedang tidak memiliki beban dalam benak masing-masing. Papa dan mamanya ikut tertawa senang melihat ketiga anaknya kembali bercanda tawa seperti sebelumnya. Meskipun mereka terlihat bingung dengan perkataan ketiganya.

“Mengapa kalian bertiga berbicara bahasa inggris? Mama tidak mengerti sama sekali,” ucap mamanya yang kemudian ditertawakan oleh suaminya.

“Mama, papa, tolong! Kak Alata dan kak Akari menghukumku. Tolong..” teriaknya yang membuat Alata langsung membungkam mulut adiknya. Akari turut menghentikan dirinya menggelitiki adiknya, Akira.

Lihat selengkapnya